Jumat, 24 Mei 2013
Gantilah Tangisan Itu Dengan Senyuman_Part6
Dalam diam aku termenung
Merenung akan masa depan yang tidak jelas jawabannya
Hanya kesendirian yang aku rasakan sekarang
Hampa, Sunyi, Sepi, Gelap Gulita.
Tidak adalagi canda tawa ataupun Jeritan yang biasa meneriaki namaku “FADIL” saat aku melakukan kesalahan. Kesalahan yang lebih sering sengaja aku lakukan untuk menggoda kakakku.
Kak Anton !!!
Entah sedang apa dia sekarang. Terbaring. Pasti hanya itu yang bisa dia lakukan. Malaikat pencabut nyawa entah sudah berada dimana sekarang. Apakah sudah dekat dengan kak Anton..?? ku harapan malaikat pencabut nyawa masih jauh.
Bunyi dentingan jam membuat fadil semakin frustasi. Fadil memilih keluar rumah, berjalan kemanapun kaki melangkah. Sampai kaki fadil berhenti disebuah warnet. Entah kenapa fadil memasuki warnet tersebut. Ada banyak bangku kosong, fadil duduk disalah satunya.
www.google.com//penyakit Wilson
ada banyak berjejer penjelasan mengenai penyakit itu. fadil mengklik salah satu.
Penyakit Wilson sangat jarang ditemukan, merupakan penyakit keturunan yang disebabkan akibat timbunan tembaga (cuprum) yang berlebihan di dalam tubuh. Meningkatnya kadar tembaga secara perlahan-lahan dalam sirkulasi darah akan ditimbun terutama di otak, hati, ginjal dan kornea pada mata.
Gejala-gejala khas timbul antara usia 30 hingga 60 tahun dan rata-rata diagnosis ditegakkan pada usia 17 tahun. Setengah dari keseluruhan penderita pertama kali mengalami gangguan pada hati. Penyakit ini menyebabkan pembengkakan dan perlunakkan hati. Kadang-kadang disertai demam, gejala-gejala seperti penyakit lainnya seperti radang hati karena virus dan infeksi mononukleosis. Meningkatnya kadar enzim hati di dalam darah menunjukkan kerusakkan jaringan hati yang serius. Bentuk kerusakan jaringan hati ini seperti degenerasi perlemakan. Tanpa penanganan medis yang tepat maka kerusakkan jaringan hati berlanjut dan berubah menjadi sirosis hati. Hepatitis fulminan adalah suatu keadaan berat yang mendadak dan dapat menyebabkan kematian. Peradangan dan kerusakkan jaringan hati yang berat ini menyebabkan jaundis (kuning), penimbunan cairan di dalam rongga perut, rendahnya kadar protein di dalam sirkulasi darah, gangguan pembekuan darah, pembengkakan otak dan anemia akibat penghancuran sel-sel darah merah yang abnormal.
Gejala-gejala pada saraf umumnya muncul pertama kali pada setengah dari seluruh penderita. Gejala-gejala saraf terjadi akibat penimbunan tembaga pada otak dan susunan saraf. Rata-rata gejala pada saraf terjadi pada usia 21 tahun. Gejala-gejala saraf berupa tremor (gemetar) pada tangan, gerakkan tubuh yang tidak terkendali, kejang, mulut berbusa, kesulitan menelan, kesulitan berbicara dan sakit kepala. Tetapi tidak mempengaruhi inteligensi penderita.
Kira-kira 1/3 dari keseluruhan penderita penyakit Wilson memiliki gejala-gejala psikiatri yang bervariasi sebagai gejala awal dari penyakit tersebut. Gejala-gejala psikiatri berupa tidak mampu menguasai diri, depresi, sangat peka, mudah marah dan tingkah laku yang kurang pantas.
Heuhh
Fadil menghela nafas perlahan. Kak Anton memang sudah di diagnosis positif menderita penyakit langka ini. bahkan sudah kronis. Semua yang ada pada penyakit Wilson sudah mengarah ke kak Anton. Fadil melanjutkan membacanya.
Tanpa terapi, penyakit Wilson dapat berakhir dengan kematian. Dengan terapi, gejala-gejala akan berlanjut dan memburuk selama 6 hingga 8 minggu pertama. Setelah saat itu, perbaikan nyata mulai terlihat. Bagaimanapun, pengobatan berlanjut hingga beberapa tahun (2 atau 5 tahun) untuk memperoleh hasil yang maksimal pada otak dan hati. Walaupun demikian banyak penderita yang telah diobati, kadar tembaganya tidak pernah mencapai kadar yang normal. Penderita penyakit Wilson membutuhkan terapi pemeliharaan dengan obat-obat anti tembaga sepanjang hidupnya untuk mencegah meningkatnya kadar tembaga di dalam tubuh. Penghentian sementara terapi dapat menyebabkan kekambuhan yang menetap dan dapat menyebabkan kematian.
Lagi-lagi fadil menggelengkan kepala. Menyesal sudah tidak ada gunanya. Sekarang kak Anton sudah terbaring, berjuang antara hidup dan mati. 50:50.
Kematian..?? itu adalah hal yang sangat ditakuti fadil. Kak Anton pergi, Fadil juga harus pergi. Itulah yang ada dipikiran anak itu sekarang. Depresi, stress, bingung. Semua pikiran negatif sedang bercampur aduk diotaknya.
Mungkin Masih ada satu jalan. “pencangkokan hati”. Entah kapan pihak RS akan menghubungi fadil lagi.
***
Besok pagi fadil pergi ke RS tanpa menunggu konfirmasi lagi dari dokter Alend. Fadil mengetuk pintu dengan sopan. Penghuni didalam ruangan mempersilahkan fadil masuk. Dokter Alend sedikit terkejut melihat sosok yang datang, begitu juga dengan suster salsa. Mereka berdua sedang membahas hasil laboratorium fadil dan kebetulan pemilik hasil labor sudah berada didepan mata mereka.
Fadil menatap dua pasang mata yang kini menatapanya iba. Fadil tau kalau sekarang dia sedang dikasihani. Semua orang kasihan melihatnya. Tapi Tuhan..?? apakah dia juga kasian..?? entahlah. Bertubi-tubi cobaan yang Tuhan berikan. Entah Tuhan yang terlalu sayang dengan Fadil sehingga terus menerus mengujinya atau hanya sekedar bermain-main dengannya.
“dok, bagaimana hasilnya..??” dokter Alend kembali melihat hasil labor milik fadil.
“suster salsa akan mengukur tekanan darahmu dulu” fadil berbaring dan membiarkan suster salsa melakukan apa yang dokter alend perintahkan.
“lebih rendah dari sebelumnya dok” dokter Alend menggelengkan kepala.
“dok apa yang rendah..?? kenapa dokter geleng kepala..?? apa hati saya tidak cocok untuk kak Anton..?? kemarin kata dokter kalau saudara kandung kemungkinan cocok sangat besar” fadil bingung, dia seperti orang asing disini. Tidak ada yang menjawab pertanyaannya.
Dokter alend dan suster salsa semakin ragu untuk melakukan operasi. Selain mereka sudah menyayangi fadil seperti adik mereka sendiri, pertahanan tubuh fadil untuk dilakukan operasi sangat lemah. Kemungkinan berhasil sangat kecil. Anton yang hidup, atau fadil yang hidup, atau kedua-duanya akan meninggal.
“suster tolong EKG dulu fadil” pinta dokter alend. Fadil semakin cemas, apa itu EKG, kenapa dia harus di EKG.
Hasil EKG keluar. Dokter Alend bingung harus bagaimana menjelaskan kepada fadil.
“dok, cepat katakan sebenarnya hasilnya bagaimana..??” suruh fadil mendesak.
“saya harus mengatakan yang sejujur-jujurnya kepada kamu, pertama hasil labor HB (hemoglobin) kamu dibawah normal. Kalaupun operasi berhasil, kamu memerlukan banyak darah untuk dimasukkan kedalam tubuh, dan golongan darah kamu adalah AB, AB sangat sulit ditemukan. Satu orang hanya bisa mendonorkan satu kantong, sebelum operasi dilakukan kamu harus mencari minimal 2 kantong, satu kantong untuk ditempat operasi dan satu lagi setelah operasi, kemungkinan penambahan darah itu pasti jadi kamu harus menyiapkan cadangannya 2 kantong lagi”
“masih ada yang kedua dok..??” dokter Alend menarik nafas perlahan dan menganggung lemas.
“Tekanan darah kamu juga dibawah normal 80/40 mmHg. Tadi suster salsa EKG kamu, itu untuk merekam irama jantung kamu, dan ada beberapa garis menunjukkan tidak normal. Jantung kamu sangat lemah, kalau saat operasi jantung kamu berhenti beberapa detik saja, sudah dipastikan kamu tidak akan selamat. Jadii….”
“jadi dokter tidak bisa melakukan operasi..?? itu maksud dokter..??” dokter alend hanya mengangguk lesu.
“dok, apapun resikonya saya akan menanggungnya, dokter hanya melakukan operasi dan masalah biaya saya sudah menemukan pemecahannya, dok, tolong kakak saya”
Dokter Alend nampak berfikir, keningnya nampak mengkerut, dan berkeringat, sedangkan Fadil ia menatap Dokter Alend dengan tatapan memohon, matanya pun sudah mulai berkaca kaca.
“tolonglah dok, hanya dokter yang dapat menolong kak Anton.” Pintanya.
Dokter Alend menghela nafas. Ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang, menuruti keinginan Fadil atau menolaknya?
“dil, tolonglah bersabar. Saya akan mencarikan hati yang cocok untuk kakakmu.” Fadil menggeleng cepat.
“dok, bukannya kata dokter kakak harus segera mendapatkan donor hati? Jika tidak nyawa kakak tidak akan selamat, bukan begitu dok?” dokter Alend mengangguk pelan.
“kalo begitu untuk apa mengulur waktu dok? Keadaan kakak sudah sangat kritis, aku tidak mau mengambil resiko yang lebih besar untuk kakak.”
“tapi dil, jika operasi ini dilakukan itu sangat berbahaya untukmu.” Lagi lagi dokter Alend berusaha membujuk Fadil. Fadil tersenyum tipis.
“saya tidak peduli dok, yang penting bagi saya adalah keselamatan kakak. Hanya itu dok!” jawabnya tegas. Lagi lagi dokter Alend terdiam, ia bingung harus berkata apa. Anak muda yang ada didepannya sungguh keras kepala, tidak adalagi bujukan atau rayuan yang bisa menggoyahkan prinsip fadil.
“baiklah, saya akan melakukan operasi itu. Tapi tunggu sampai kita dapat mencari donor darah untukmu.” Kata dokter Alend akhirnya, Fadilpun tersenyum, dan beranjak pergi dari ruangan itu, namun sebelumnya ia tak lupa mengucapkan terimakasih pada dokter Alend.
Kak Anton akan kembali seperti semula, walaupun nyawaku taruhannya. Yang terpenting bagiku adalah keselamatan kakak .
****
Gadis itu menatap pemuda yang ada di hadapannya, dengan tatapan yang sulit diartikan, sementara pemuda yang ada didepannya hanya diam, pandangan pemuda itupun lari ntah kemana.
“jadi Fadil mau mendonorkan hati Fadil untuk Kak Anton?” tanyanya tak percaya. Pemuda itu mengangguk pasti.
“nggak, vyone nggak setuju adil ngelakuin itu!” tolak gadis itu.
“vyo, adil cuman mau lihat kakak Fadil sembuh.”
“tapi dil, ada cara lain kan yang bisa buat kak anton sembuh?” Fadil terdiam begitu juga halnya dengan Vyone. Mereka berdua terlarut dalam pikiran masing masing. Membiarkan angin menemani mereka. Hening cukup lama, yang terdengar hanya tetesan sisa air hujan yang jatuh kedanau itu.
“nggak ada cara lain, cara ini adalah satu satunya yang bisa buat kak Anton sembuh” jelas Fadil.
“vyo, cuman nggak mau kehilangan Fadil” ucap gadis itu bergetar, ia menunduk melihat pantulan dirinya sendiri di dalam air danau itu. Fadil menatap gadis itu lembut, lalu memeluknya erat, sangat erat.
“vyo, nggak usah takut. Adil nggak akan kemana mana, adil bakal temenin vyo selamanya” katanya pelan. Gadis itu membalas pelukan pemuda itu.
“beneran Fadil nggak akan ninggalin aku?” isaknya pelan. Vyone menangis di dalam pelukkan Fadil, membuat baju hitam milik Fadil basah. fadil mengangguk.
“janji ya sama vyone?” ucapnya sambil melepas pelukan itu. Ia mengangkat jari kelingkingnya, lalu Fadilpun mengaitkan jari kelikingnya dengan jari kelingking Vyone.
“Fadil janji. Vyo doain adil ya?”
“pasti.” Sahut vyone cepat.
“ya sudah itu di hapus donk air matanya. Jelek tau!” canda Fadil. Vyone menghapus sisa sisa air mata dengan punggung tangannya.
“nah gitu donk, senyum.. jangan nangis” ujar Fadil lagi.
Tuhan, tolong jaga Fadil, jangan biarkan Fadil mengalami hal yang buruk. Aku mohon Tuhan..
***
Kian lama ia tertidur, matanya tertutup rapat, tak ada lagi senyuman manis darinya, tak ada lagi suara darinya, dan tak adalagi gurauan gurauan itu. Semua itu telah hilang, berhembus begitu saja layaknya sebuah angin. Ironis memang, tapi ini semua adalah kenyataan. Kenyataan pahit yang harus diterima Fadil, anak yang baru saja menginjak masa remaja itu. Tapi Fadil tak mau mengeluh. Ia harus berjuang demi sang kakak. Ini belum seberapa dengan apa yang kakaknya alami.
“jadi kamu mau berhenti kerja?” tanya manager restoran tersebut, Fadil tersenyum.
“iya pak.” Jawabnya singkat.
“terimakasih atas bantuan bapak. Saya tidak akan melupakan jasa jasa bapak. Sekali lagi terimakasih” ujarnya lagi. Manager itupun membalas senyuman Fadil. Lagi lagi Fadil membuat orang yang ada disekitarnya merasa kagum dengan sifatnya itu.
“baiklah, kalau itu keinginanmu. Ini gajimu selama satu bulan. Gaji itu tidak saya potong, karena saya tau kamu sangat membutuhkan uang itu untuk kakakmu.” Jelas si manager itu. Fadil lagi lagi tersenyum.
“sekali lagi saya mengucapkan terimakasih. Semoga kebaikan bapak di balas sama Yang Diatas.” Ujar Fadil. Iapun beranjak pulang, tak lupa ia juga pamit pada manager perusahaan dimana tempat ia bekerja dulu.
***
Rasa sesak itu kembali hadir, sangat sesak, bahkan lebih sesak dari sebelumnya.
“kondisi kakakmu kembali menurun, entah berapa lama lagi kakakmu akan bertahan hidup.”
Perkataan dokter Alend terus saja terngiang didalam otaknya. Apa kakak juga akan pergi darinya? Apa tak cukup Tuhan mengambil kedua orang tuanya? Tak cukup Tuhan mengambil semua kebahagiaanya? Apa kali ini Tuhan akan mengambil satu satunya yang ia punya? Tidak! Kali ini ia akan berjuang untuk mempertahankan apa yang ia miliki sekarang. Meski nyawa taruhannya!
Krek
Kembali ia membuka pintu ruangan itu, entahlah sudah berapa kali ia membukanya, hanya untuk mendapat informasi tentang sang kakak.
“dok.” Sapanya pelan. Dokter Alend nampak tersenyum sekilas, namun setelah itu wajahnya kembali serius.
“apa yang terjadi dengan kakak?” tanyanya. Terlihat dokter Alend menarik nafas berat.
“keadaan kakakmu kembali memburuk. Bahkan ini adalah kondisi yang terburuk.” Jawabnya miris. Fadil menunduk, ia terdiam sesaat.
“segera lakukan operasi itu dok.” Tekatnya.
“tapi syarat operasi itu belum terpenuhi. Kami belum mendapatkan donor darah untukmu”
“yang saya mau kesembuhan kakak dok. Saya tidak peduli dengan itu semua.”
“tapi dil...”
“dok, mengertilah saya tak ingin kehilangan orang yang saya sayangi untuk kesekian kalinya!” katanya cukup keras. Kembali ruangan itu menjadi hening, tak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara.
“baik, operasi akan dilakukan 3 hari lagi, namun sebelumnya kamu harus dirawat disini. Agar kami dapat mengontrol keadaanmu” ujar dokter Alend akhirnya.
Sepertinya Dokter Alend sudah menyerah, percuma ia berdebat dengan Fadil, toh keputusan Fadil tak ada yang dapat merubahnya.
“terimakasih dok, saya permisi.” Pamit Fadil. Dokter Alend mengangguk pelan.
***
“kak sebentar lagi kakak akan sembuh. Kakak harus kuat ya demi aku.” Ujar Fadil lembut. Ia termenung tepat disamping tempat tidur sang kakak.
“aku kangen sama kakak.”
“aku pingin kakak cepet sembuh kak.” Tes lagi lagi air mata itu meleleh dari mata Fadil, tapi Fadil buru buru menghapusnya. Ia tidak mau jika kakaknya sadar nanti, kakaknya itu melihat ia menngis.
“dil..” sapa seseorang yang baru saja masuk kedalam kamar Anton itu. Fadil melihat kearah suara itu dan iapun tersenyum ketika ia tau siapa yang datang itu.
“sus” ucapnya. Ya yang dateng itu adalah Suster Salsa, Suster yang telah merawat kakaknya selama kakaknya berada disini. Suster yang telah ia anggap sebagai kakak perempuannya. Suster Salsa tersenyum manis, bahkan sangat manis. Senyuman ini pula yang membuat Fadil sedikit merasa tenang. Suster Salsa berjalan pelan kearah Fadil, setelah sampai tepat disamping Fadil, ia tiba tiba memeluk Fadil erat, Fadilpun sampai kaget dibuatnya.
“dil, apa keputusanmu itu tidak bisa di pikirkan lagi?” tanya Suster Salsa lembut seraya melepas pelukannya.
“maaf sus. Keputusanku sudah bulat.” Jawabnya mantap.
“tapi dil, itu sangat beresiko untukmu. Ditambah lagi kondisimu yang kurang baik.”
“sus, saya akan menerima semua resiko itu. Yang terpenting bagi saya adalah kesembuhan kakak.” Suster Salsa hanya menghela nafas pelan. Benar apa yang dikatakan dokter Alend bahwa tak ada orang yang dapat merubah keputusan Fadil.
“ja...jadi... ka..kamu.. ma..mau do..norin ha..hati ka..kamu? terdengar suara dari belakang Fadil. Sontak Fadil langsung menoleh kearah sumber suara itu.
“kakak..” ujarnya riang Fadil langsung menghambur kepelukan Anton, namun secara mengejutkan Anton menolak untuk memeluk Fadil.
“kakak kenapa?” Tanya Fadil bingung, dengan sikap kakaknya itu.
“jelasin sama kakak semuanya! Apa benar kamu mau donorin hati kamu buat kakak?” tanya Anton cepat. Fadil hanya diam, ia bingung harus mengatakan apa.
“aku..” jawabnya terputus. Fadil menunduk, rasanya ia tidak sanggup melihat tatapan kakaknya itu.
“dil, kakak nggak mau terima hati kamu.” Ujarnya pelan. Lagi lagi Fadil terlihat kaget mendengar apa kata kakaknya itu.
“lebih baik kakak mati. Daripada harus nerima hati itu.”
Fadil menatap sang kakak degan tatapan memohon, sedangkan Anton hanya memalingkan wajah agar ia tidak melihat Fadil, jujur Anton tak ingin ada diposisi ini, di lain pihak ia ingin sembuh, ia capek harus berbaring terus menurus di ranjang ini, tapi kalau demi mewujudkan keinginan itu, ia harus mengorbankan adik satu satunya? Adik yang telah ia susahkan selama ia sakit, adik yang telah merawatnya, adik yang telah mengorbankan seluruh hidupnya demi dirinya, dan apa kini adiknya harus mengorbankan nyawa demi dirinya? Anton menggeleng keras.
“sekali kakak bilang nggak ya nggak!” ucapnya lagi.
Fadil menunduk, air matanya kini telah mendobrak keluar, semakin lama semakin deras, Suster Salsa yang ada disanapun ikut menangis, hatinya tersentuh melihat sepasang kakak adik yang saling menyayangi seperti ini. Suster Salsa memeluk Fadil erat, mencoba menenangkannya, ruangan ini menjadi sunyi, tak ada dari mereka bertiga yang berbicara, mereka bertiga terlarut dalam pikiran masing-masing. Fadil mengangkat wajahnya.
“kak, adil mohon kak. Fadil cuma ingin kakak sembuh” ujarnya pelan.
Anton lagi lagi menggeleng.
“dil, kakak memang ingin sembuh, tapi nggak begini caranya dil.”
“nggak ada cara lain kak, kakak harus segera dioperasi jika tidak kakak akan meninggal. Adil nggak mau kehilangan kakak. Kak, adil mohon sama kakak. Adil janji setelah ini adil nggak akan minta apapun sama kakak.”
“adil mohon kak”
“kalo memang kakak tak mau melakukan operasi itu demi kakak. Lakukan itu demi aku kak.” Fadil terus saja membujuk Anton untuk menerima hatinya. Tapi tetap saja Anton tak bereaksi, sesekali Anton terlihat menghapus air matanya.
“kak” panggil Fadil lagi.
“dil, kakak nggak mau, kakak nggak mau membahayakan nyawa kamu. Hidup kamu masih panjang dil. Kakak nggak mau ngehancurin masa depan kamu.”
“kak, masa depan aku itu nggak ada gunanya kak kalo kakak nggak ada di samping aku. Kak aku mohon, kakak mau ya terima hati ini? Cuman dengan hati ini kakak bisa sembuh.” Anton kembali diam, ia bingung sangat bingung. Apa yang sekarang harus diperbuatnya? Menerima atau menolak. Ia kebali menatap sang adik, dan Fadilpun membalas menatapnya. Tatapan seperti memohon padanya. Anton menghela nafas perlahan, lalu mengangguk pelan. Fadil yang melihatnya pun tersenyum dan langsung memeluknya erat.
***
Gadis manis itu berlari lari kecil menyusuri tiap tiap lorong yang ada di rumah sakit, tangan mungilnya memegang sebuah rantang yang berisikan makanan. Dia tersenyum manis ketika melihat sahabatnya itu sedang duduk di salah satu bangku yang berada diruang tunggu.
“FADIL” teriaknya nyaring, beberapa orang yang ada disanapun melihat kearahnya dengan tatapan yang aneh, tapi gadis ini nampak tak peduli. Dengan santainya iapun melangkah kearah dimana sahabatnya berada.
“vyo, ini rumah sakit.” Ujar fadil, sementara Vyone hanya mengeluarkan cengiran khasnya.
“nih aku bawain sarapan buat adil.” Vyonepun langsung menyerahkan rantang yang daritadi ia pegang. Fadil menerima dan langsung memakannya.
“cepat habiskan makananmu. Sehabis Fadil makan, Vyone ingin mengajak fadil jalan jalan.
“tapi vyo, adil...”
“eits tidak boleh menolak. Kali ini Fadil harus mengikuti semua perintah Vyone.” Potong Vyone cepat, Fadil hanya menghela nafas, ia sangat hafal sifat sahabat baiknya ini, sifat yang sama seperti dirinya. Keras kepala dan tidak ada yang dapat merubah apa yang telah diputuskannya.
Kini Fadil telah mmenghabiskan seluruh isi rantang itu, baru saja Fadil ingin mengatakan sesuatu, Vyone buru buru menarik tangannya “ayooo”
***
Suasana disini cukup ramai, banyak sekali anak anak yang sedang berlari kesana kemari, ada yang sedang sibuk membuat istana pasir, ada juga yang sedang bermain kejar-kejaran bersama temannya, beraneka ragam kegiatan ada disini, ya kegiatan yang sangat menyenangkan, anak anak yang belum mengenal apa arti hidup yang sebenarnya..
“ikh vyo ngapain ngajak adil ketaman bermain? Emang Fadil anak kecil?” sunggut Fadil, pipinya ia gembungkan.
“udah jangan banyak protes. Disini aku yang berkuasa.” Candanya, lagi lagi Vyone menarik tangan Fadil cepat.
“adil, dorong ayunan, Vyone yang naik ya?” pinta Vyone, adil hanya mengangguk pelan.
Perlahan lahan Fadil mulai mendorong ayunan itu.
“akh Fadil yang semangat donk dorongnya, masa ayunannya pelan banget?” protes Vyone.
Seperti permintaan Vyone Fadilpun mendorong ayunan itu dengan sekuat tenaga.
“huaaaaaaaaaaaa...” teriak Vyone nyaring, ia memejamkan matanya dan mulutnya nampang mengucapkan beberapa doa.
“makanya jangan sok.” Cibirnya sambil tertawa. Rasanya semua beban yang selama ini ia pikul terasa hilang seketika di bawa angin.
“hua udah adil dorongnya.. pusing nih Vyonya” rengeng Vyone, tapi bukan Fadil namanya jika langsung menuruti permintaan sahabatnya itu.
“FADIL!” teriak Vyone keras. Fadil buru buru menghentikan ayunan itu, sebelum sahabatnya bertambah marah.
“hahahha...” tawanya nyaring, kini seperti posisi yang dibalik Fadil yang tertawa dan Vyone yang cemberut.
“udah donk cemberutnya”
“bodo, adil jahat.” Ngambek Vyone. Fadil lagi lagi tertawa melihat sahabatnya. Tiba tiba Fadil berlari meninggalkan Vyone.
“ikh Fadil kok Vyone ditinggal!!!!!!” hardiknya kesal. Pipinya tampak mengembung, tangannya ia lipat dan ditaruh di dada. Selang beberapa menit Fadilpun datang, membawa dua eskrim di kedua tangannya.
“nih” ujar Fadil seraya memberi salah satu eskrim yang ada ditangan kanannya
“biar vyo nggak ngambek lagi.” Guraunya. Vyone tersenyum dan menerima eskrim itu.
Merekapun duduk disalah satu bangku yang berada dibangku taman itu. Dari sana mereka dapat melihat semua aktifitas yang di lakukan semua orang ditaman ini.
“adil ingin deh seperti mereka.” Ujarnya pelan. “tertawa tanpa beban, bisa melakukan apapun yang mereka inginkan, tanpa memikirkan apa yang terjadi pada esok hari.” Lanjutnya pelan.
Vyone menatap Fadil iba, ingin sekali ia menangis, tapi tidak, ia tidak akan menangis kali ini.
“dil, lihat deh ada layangan!” tunjuknya kelangit biru itu, mengalihkan pembicaraan. Fadil menurut iapun melihat layangan yang sedang terbang tinggi.
“vyo mau main layangan?” tanya Fadil, Vyone mengangguk cepat. Fadil tersenyum, lalu beranjak pergi untuk membeli layangan.
“terbangin dil, yang tinggi!!” perintah Vyone, Fadil tersenyum, perlahan lahan layangan itupun terbang semakin tinggi. Vyone memandang layangan itu, bibirnya tersenyum manis.
“vyone mau deh jadi senar layangan itu.” Katanya, tanpa mengalihkan pandangannya dari layangan yang sedang melayang tinggi.
Fadil menatap Vyone bingung.
“sejauh apapun layangan itu terbang, tapi senar itu akan terus menemani dan menjaga, agar layangan itu bisa ia pantau terus dan sewaktu-waktu ia mau menariknya kembali untuk berada didekatnya, ia dapat dengan mudah melakukannya” lanjutnya lagi.
“vyone pingin jadi senar itu dan fadil menjadi layangannya. Jadi sejauh apapun Fadil terbang, sewaktu waktu vyone ingin Fadil kembali, vyone bisa menarik Fadil untuk datang kedekat Vyone.” Fadil tersenyum, lalu mengacak acak rambut panjang milik Vyone.
“orang kok mau jadi senar.” Guraunya.
Berjam jam telah berlalu, kini taman itu nampak sepi, hanya terlihat beberapa orang disana dan salah satu orang itu adalah Fadil dan Vyone.
Vyone nampak menyandarkan kepalanya dipundak Fadil, sepetinya ia tertidur, wajahnya nampak tersenyum manis. Fadil yang melihat itupun ikut tersenyum, lalu membelai rambut Vyone pelan.
“terimakasih untuk apa yang telah vyo lakukan ke Fadil selama ini. Fadil sungguh beruntung memiliki sahabat seperti vyone. Adil sayang sama Vyone..” ujarnya pelan.
***
Langit kelam. Mendung menggantung. Gerimis perlahan-lahan turun sesuai iramanya. Titik-titik air membasahi tanah, aspal, rerumputan, genting, dan jalanan yang berlubang kini tergenang air, seperti banjir kecil.
Gadis kecil kini bersender duduk sendirian dikursi panjang. Tidak ada yang menemani, satu orangpun tidak. Hatinya sekarang tidak menentu. H2C (harap-harap cemas) bahasa anehnya. Duduk, berdiri, bersender didinding, jongkok, entah sudah berapa lama dan berapa kali dia melakukan hal aneh itu.
“vyone” dia berusaha tersenyum dengan orang yang baru saja memanggil namanya. Senyum yang tidak enak dilihat tentunya.
“gimana dil, muka kamu kok pucat, apa kata dokter Alend dil..??” vyone memberikan pertanyaan beruntun kepada fadil. Fadil hanya tersenyum kecil menanggapinya.
“dokter bilang operasinya bisa dilakukan besok, jadi sore ini fadil harus dirawat biar suster bisa pantau keadaan fadil” fadil memegang kening kepalanya, vyone menyuruh fadil untuk duduk.
“dil, muka kamu pucat banget. Masalah donor darah gimana..??” vyone terlihat cemas melihat keadaan fadil.
“donor darah sudah aman kok vyo” fadil berbohong. Sebenarnya donor darah untuk fadil belum ditemukan, tapi keadaan kak Anton semakin memburuk. Tadi fadil memaksa dokter Alend untuk melakukan operasi, pastinya dokter alend menolak itu.
“Kadar hemoglobin kamu sangat rendah fadil, irama jantung kamu juga semakin tidak beraturan, ditambah tekanan darah kamu yang sangat rendah”
“saya bukan ingin mempersulit kamu tapi keadaan yang memaksakan operasi harus ditunda, kalau kamu tetap memaksa, hasilnya hanya NOL fadil, nyawa kamu dan kak Anton kemungkinan besar tidak selamat, harapan untuk berhasil hanya 10%”
Dokter alend dan suster salsa sangat iba melihat fadil yang dari tadi hanya menunduk. Fadil tidak mau menangis, menangis TIDAK ADA GUNANYA.
Dokter alend menarik nafas berat.
“baiklah, nanti sore kamu langsung ke IGD dan bawa map ini, suster disana tau apa yang harus dia lakukan” jawab dokter Alend akhirnya.
***
Fadil berbohong dengan vyone masalah operasi akan dilakukan besok. Fadil juga tidak tau sore ini dia akan diapakan. Yang fadil tau jalan untuk operasi kak Anton sedikit terbuka, walaupun nyawa dia sendiri taruhannya.
***
Jalan raya yang basah itu kini terlihat berkilau oleh sinar matahari. Angin terasa lebih sepoi-sepoi disbanding tadi pagi.
Fadil membawa barang-barang seperlunya. Dikontrakannya sekarang sudah tidak ada lagi barang berharga, hanya tinggal peninggalan kedua orangtua mereka. Dan satu-satunya barang berharga tersebut akan digunakan untuk operasi kakaknya. Yang ada dipikiran fadil sekarang “operasi lebih penting dari apapun”.
***
INSTALASI GAWAT DARURAT
Fadil tersenyum kecut membacanya. Sesuai instruksi dokter Alend, fadil masuk kedalam. Beberapa suster datang menyambut fadil. Fadil dibaringkan disalah satu brankar yang kosong, dokter jaga IGD terlihat sibuk membaca map milik pasien barunya yang bernama fadil, satu suster terlihat sedang mengobrol dengan dokter itu. wajah mereka tampak serius. Dan beberapa kali geleng kepala. Entah pertanda apa !!!
Fadil hanya pasrah apa yang akan suster lakukan pada dirinya. Hanya satu kali tusukan jarum menancap dikulit yang putih itu. tiang infus sudah berdiri disebelah kiri fadil dan cairan infus tersebut dengan cepat masuk kedalam tubuhnya. Cepat sekali tetesan infus itu.
Fadil merasa tubuhnya sangat segar setelah cairan itu masuk.
satu suster pergi membawa sampel darah milik fadil untuk dibawa kebagian laboratorium. Beberapa obat seperti telah masuk kedalam tubuh fadil. Fadil merasa mulai terasa perih dibagian tusukan itu.
“bagaimana keadaanya sekarang dek..??” dokter yang tadi membaca map milik fadil sekarang sudah berdiri dihadapannya.
“saya merasa sangat baik dok” jawab fadil diiringi senyum khas miliknya.
“kamu jangan berbohong kepada saya, bagian mana yang tidak enak..?? ini..??” sepertinya dokter itu bisa membaca pikiran fadil. Tidak-tidak, yang ada dihadapan fadil sekarang adalah dokter jadi tidak ada gunanya berbohong. Dokter tau apa yang fadil rasakan sekarang, ditambah dokter itu sudah membaca map dari dokter Alend.
Dokter itu menunjuk bagian dada kiri dan kanan fadil. Fadil hanya mengangguk.
“kita akan rekam jantungmu dulu yah” beberapa kabel kembali menancap didada fadil, bahkan di kaki dan tangan juga. Berwarna-warna kabel itu. ada merah, kuning, hijau, coklat, hitam dan ungu. Sayang tidak ada warna biru.
Dokter itu kembali menghampiri fadil.
“Tensi kamu masih rendah tapi sudah mendekati normal kok 100/60 mmHg, dan irama jantung kamu mulai stabil tapi belum stabil, hasil labor kamu kadar hemoglobinnya masih rendah, kami akan coba menghubungi PMI mungkin saja ada darah yang sama dengan kamu”
dan sebaiknya kalau kamu sudah diruang rawat inap, langsung tidur dan istirahat jangan melakukan aktivitas apapun, jika tidak badan kamu akan kembali drop” jelas dokter itu panjang lebar. Fadil hanya mengangguk mendengar ucapan dokter itu.
***
Fadil sudah berada diruang rawat inap. Ruangan berAC yang hanya untuk satu pasien. Ada TV, lemari kecil dan WC pribadi. Fadil bingung kenapa dia dibawa kesini, seharusnya kebagian bangsal atau kelas III.
Petugas yang membawa fadil kesini hanya menjawab “ini perintah dokter Alend”.
Fadil merasa sangat tidak enak dengan dokter Alend. Bagaimana tidak, dokter Alend sudah sangat berjasa bagi fadil. Dokter Alend sudah mau merawat kakaknya dan sekarang dokter alend juga mau merawat dirinya. dan sekarang Diberi kamar VIP.
Created by :
---> Adisti Natalia
---> Thone Arulliant Fathoni
---> Debpi ZulpiaRni
Categories
GTIDS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar