Rabu, 14 Juli 2021

Another Side of Me-Part 3_Permulaan

di Juli 14, 2021 0 komentar


 

"Ah.. kau sudah pulang?" Tanya Ahjussi kepada gadis yang baru saja datang. Gadis itu tersenyum dan melihat ke arah Minhyuk yang sedang menunduk.

"Kau, masih ingat dengan pria yang ku ceritakan kemarin?" Gadis itu mengangguk cepat.

"Jadi dia yang membantu Appa?" Ahjussi itu mengangguk mengiyakan pertanyaan dari putrinya.

"Kenalkan dia putri kesayanganku." Ujar Ahjussi kepada Minhyuk. Gadis itu kemudian buru-buru mengulurkan tangannya, Minhyuk menyambut uluran tangan tersebut dengan tetap menunduk.

"Aku Oh Hayoung. Gomawoyo sudah membantu Appa ku." Ujarnya, ia tersenyum lebar sambil menatap Minhyuk dengan mata yang berbinar-binar. Minhyuk kemudian mengangkat kepalanya, dan membalas senyuman Oh Hayoung.

"Aku Lee Minhyuk."

Hayoung merupakan gadis yang ceria, berbeda dengan Minhyuk yang cenderung diam. Sepanjang mereka mengobrol Hayounglah yang banyak berbicara, ia menceritakan berbagai macam hal, sementara Minhyuk hanya mendengarkan dan sesekali tersenyum, ketika melihat Hayoung tertawa.

************************************

Seharian ini perasaan Minhyuk tak karuan. Pagi hari ia merasa senang ketika mengobrol dengan Hayoung. Entah Minhyuk merasa nyaman berada di dekat Hayoung dan Ahjussi. Perasaan yang sudah lama tidak dirasakan olehnya. Namun perasaan itu langsung lenyap ketika ia bertemu dengan sekumpulan pria yang bisa dibilang merupakan preman di kampusnya. Pria-pria itu suka sekali menindas orang yang lebih lemah daripada mereka dan salah satunya adalah Lee Minhyuk.

Minhyuk tidak mengerti hal apa yang membuat pria-pria ini mengganggunya. Setiap ia bertemu dengan mereka, ada saja hal yang mereka lakukan untuk mengerjai Minhyuk. Seperti tadi tiba-tiba Minhyuk disiram air dari botol yang dibawa oleh Nam Donghan, salah satu atau mungkin bisa dibilang ketua dari pria-pria itu. Akibatnya lembaran tugas yang Minhyuk bawa semuanya basah. Padahal tugas itu harus segera dikumpulkan. Minhyuk ingin marah tapi ia tidak mau hal itu menjadi besar, akhirnya ia hanya pergi dari sana tanpa mengatakan apapun dan ia masih mendengar samar-samar kata-kata Nam Donghan untuknya

"Makanya jangan sok tampan, jika tidak mau berurusan denganku!" Sok tampan? Kapan? Lee Minhyuk benar-benar tidak mengerti apa yang Nam Donghan katakan.

Sekarang ketika Lee Minhyuk sampai rumahnya, ia justru disambut dengan tatapan Lee Eunbi yang sangat menyebalkan.

"Kalau kau benar-benar baik, kau bujuk Sungjae untuk berhenti bermain-main dan serius mempelajari bisnis." Ujar Lee Eunbi dingin, setelah mengatakan itu Imonya pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Minhyuk.

Lee Minhyuk kemudian masuk ke dalam kamarnya, ia melempar tasnya sembarangan. Kepalanya terasa berat dan pening. Ia mengurut-urut kepalanya perlahan sambil menatap cermin yang ada di depannya. Bagaimana cara ia membujuk adik sepupunya itu? Sementara ia tau adiknya itu sama sekali tak tertarik dengan bisnis, sama seperti dirinya. Lee Minhyuk tidak pernah punya pikiran untuk menjadi pengusaha, cita-citanya adalah menjadi atlet tapi saat ia datang ke rumah ini ia harus mengubur mimpi itu dalam-dalam dan itu menyakitkan, apa sekarang ia harus memaksa Sungjae untuk melakukan hal yang sama agar Imonya tidak selalu berpikir ia ingin merebut segalanya dari Sungjae?

"Kau sangat menyedihkan Lee Minhyuk." Ujarnya pada pantulan dirinya di cermin.

****************************************

"Astaga, akhirnya aku bisa keluar juga." Ujar Huta, ia sedang melihat dirinya sendiri di dalam cermin. Ia kemudian tersenyum sinis.

"Kau, masih saja pengecut rupanya." Ujarnya pelan entah untuk siapa. Kemudian ia menundukkan kepalanya di depan kasur. Merogoh-rogoh bawah kasurnya dan menarik satu kotak yang berukuran besar dan mengambil barang-barang yang ia perlukan dari sana. Huta kemudian memainkan handphonenya.

"Yoboseyo, Peniel kau sedang sibuk? Bisa jemput aku di tempat biasa? Ya ya baik aku tunggu." Ia kemudian mematikan panggilan teleponnya dan mulai mengganti pakaiannya.

"Nah, kalo begini kan aku lebih tampan." Ujarnya. Hari ini ia menggunakan kaos hitam yang dipandu kan dengan jaket jeansnya dan celana panjang yang terlihat robek-robek di bagian lututnya.

Huta kemudian mengambil dompetnya yang berada di dalam tas ranselnya dan melangkah pergi dari kamar serta rumahnya.

"Hari ini mau kemana kita Hyung?" Tanya Peniel ketika ia sudah bertemu dengan Huta di tempat yang sudah mereka janjikan.

"Departemen store. Aku ingin membeli segala hal yang ku butuhkan untuk menunjang ketampanan ku." Jawab Huta, yang membuat Peniel tertawa keras.

"Kau masih dendam hyung dengan kejadian kemarin?" Tanyanya sambil menahan tawa.

"Tidak, aku hanya ingin menunjukkan pada gadis-gadis siapa itu Huta." Peniel hanya mengangguk-angguk pasrah ketika mendengarnya. Hyungnya ini memang selalu seperti itu. Ketika ada gadis yang menolaknya, ia akan membeli berbagai macam pakaian yang ia anggap keren dan ah jangan lupakan perlengkapan yang dapat membuat wajahnya semakin tampan. Ya Huta akan memborong semua jenis perawatan wajah dengan merk-merk terkenal. Menurutnya itu hal yang sangat penting yang harus ia lakukan jika mau meluluhkan hati para wanita.

Sudah hampir 2 jam Huta dan Peniel mengelilingin departamen store yang mereka kunjungi, tangan merekapun sudah penuh dengan tas-tas belanjaan.

"Hyung, apa semua ini tidak terlalu banyak?" Peniel mengangkat kedua tangannya yang menenteng beberapa tas belanjaan.

"Tidak. Ini bahkan belum ada setengahnya dari yang aku bayangkan." Jawab Huta, ia kemudian masuk ke dalam toko pakaian yang ada di derpartemen store itu. Tangan dan matanya sibuk mencari-cari pakaian yang sesuai dengan seleranya.

" Peniel, jika ada pakaian yang kau mau kau bisa mengambilnya, biar ku bayar semua." Ujarnya disela-sela kegiatan mencari pakaian. Peniel kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ini sudah cukup untukku hyung. Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa harus berbelanja sebanyak ini? Kau seperti sedang membuang semua pakaian di lemari dan mengganti semua isinya."

"Memang itu tujuanku." Jawab Huta singkat. Setelah puas memilih-milih pakaian disana ia pun kemudian pergi ke kasir untuk membayarnya.


Cerita ini tersedia juga di wattpad dan kemungkinan dipost lebih dulu disana. So.. buat kalian yang punya wattpad, jangan lupa mampir yaa... ditunggu juga kritik dan sarannya...

Adisti & Yuli

Another Side of Me- Part 2_ Panggil Aku Huta!

di Juli 14, 2021 0 komentar

 


"Ya Peniel! Sudah ku katakan panggil aku Huta saja!" Peniel yang mendengarnya pun hanya mengeleng-gelengkan kepalanya. Sejujurnya perbedaan usia mereka tidak jauh hanya terpaut 2 tahun saja. Tapi tetap saja pria bernama Huta itu lebih tua darinya.

"Gini-gini aku masih tau sopan santun Hyung." Jawabnya sambil menginjak pedal gas. Mobil itupun melaju dengan kecepatan sedang melewati jalan kota Seoul yang sepi dan sedikit gelap.

Mobil Peniel pun berhenti di sebuah gedung bertuliskan 'Octagon' salah satu club malam yang terkenal di kota Seoul. Mereka berdua pun turun dari mobil dan masuk ke dalam club itu.

Seperti yang dapat dibayangkan suasana di dalam club begitu ramai. Banyak sekali orang-orang yang sedang menari diiringin dengan suara musik yang dapat memekkan telinga. Huta dan Peniel mengedarkan pandangannya mencari-cari sesorang yang mereka berdua kenal.

"Ya! Huta! Peniel! Aku disini!" Teriak seseorang dengan suara nyaringnya sambil melambaikan tangannya tinggi-tinggi agar kedua temannya dapat melihatnya dengan jelas. Huta dan Peniel yang merasa namanya dipanggil pun menoleh ke arah suara, lalu melambaikan tangannya sambil menuju orang yang memanggilnya. Mereka bertiga pun akhirnya duduk di sebuah meja yang terlatak di ujung club.

"Wahh, akhirnya kau bisa keluar juga. Kemana saja kau? Kenapa HP mu tidak bisa dihubungi? Aisshh kau seperti anak gadis yang sedang dikurung oleh ibunya." Baru saja Huta dan Peniel duduk di depan teman yang memanggilnya, ia sudah mengoceh panjang lebar.

"Aigoo, Changsub-ah kau sama sekali tidak berubah ya? Tetap berisik seperti dulu!" Jawab Huta singkat, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Temannya yang satu ini memang dari dulu tidak berubah, ia selalu saja penasaran dengan apa yang dilakukan Huta jika dia tidak bertemu dengan teman-temannya. Sementara Changsub hanya bisa mengeluarkan cengiran khasnya. Changsub tau jika Huta sudah menjawabnya seperti itu, tandanya ia tidak boleh bertanya lagi, jika ia terus bertanya, bisa-bisa pipinya yang tadi berwarna putih kemerahan itu akan berubah menjadi hitam dan bengkak.

Peniel yang melihat kedua hyungnya pun hanya bisa tertawa kecil. Ia kemudian berdiri dari tempat duduknya

"Hyung, kalian berdua mau pesan apa? Biar ku pesankan." Ujarnya.

"Seperti biasa saja, Vodka."

"Aku juga. Kau hapalkan kesukaanku kalo sedang disini? Wisky." Jawab mereka berdua hampir berbarengan. Peniel mengangguk cepat dan berlalu untuk memesan minuman mereka.

"Ya, kau liat perempuan yang sedang duduk sendiri disana?" Tanya Changsub, ia menunjuk seseorang perempuan yang sedang duduk di belakang Huta. Huta pun memutar sedikit kepalanya, untuk melihat perempuan yang dimaksud Changsub. Lalu memandang Changsub dengan kening yang sedikit mengkerut.

"Dia Soomin, designer muda yang cukup terkenal itu." Jelas Changsub singkat, tepat setelah Changsub mengatakan itu Peniel datang dan duduk disamping Changsub, sambil membawa minuman yang dipesan oleh mereka bertiga. Huta segera mengambil gelas itu dan meminumnya, hingga isi di dalam gelas itu tinggal setengah. Setelahnya ia kembali menantap Changsub dengan tatapan heran

"Lalu apa hubungannya denganku?"  Tanyanya bingung.

"Kau kan selalu membanggakan diri, kau bilang semua perempuan tidak akan tahan dengan pesonamu. Coba buktikan, kalo kau berhasil mendekati Soomin, aku akan mengakui bahwa aku bukan lawanmu dalam urusan wanita." Peniel yang baru saja datang dan bergabung terlihat bingung, ia mengerutkan keningnya dan menatap kedua Hyungnya bergantian.

"Kalian sedang berbicara apa? Soomin? Kim Soomin yang duduk disana?" Peniel kemudian menunjuk seorang perempuan yang duduk beberapa bangku darinya. Changsub mengangguk cepat.

"Kau mau taruhan denganku Peniel?" Tanyanya menggoda. Ia menaik-naikan alisnya dan melirik Huta dengan sebelah matanya.

"Ah Huta Hyung mau mendekatinya? Soomin? Saranku jangan hyung, nanti kami berdua yang repot kalau hyung ditolak."  Ujar Peniel, ia dan Changsub kemudian tertawa melihat muka Huta memerah. Mereka berdua tau temannya yang satu ini pasti tidak mau kalah, apalagi mengenai mendekati seorang perempuan.

"Ya! Kalian lupa siapa aku?! Kalian meragukan ketampanan ku?! Tunggu disini, akan ku tunjukan siapa itu Huta!" Ucapnya dengan nada kesal. Ia pun langsung berdiri dari bangkunya dan menghampiri wanita yang sedari tadi ditunjuk oleh kedua temannya.

Huta mendekati Soomin yang sedang bermain dengan gelasnya sementara matanya tertuju ke arah lantai dansa tempat dimana orang-orang menari.

Ketika Huta semakin mendekat dan sudah berada di dekat Soomin , Soomin mengalihkan pandangan ke arah Huta dengan tatapan dingin dan enggan. Ia mengerutkan keningnya ketika Huta sudah berada di depannya.

Huta kemudian mengusap rambut bagian depannya ke arah belakang, ia menatap Soomin sesaat dengan tatapannya yang penuh pesona bagi gadis-gadis lain,  tapi Soomin justru mengacuhkannya, gadis itu terlihat tidak peduli dan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

" Annyeong ahgassi, apa yang kau lakukan sendiri disini, bolehkah aku menemani kau duduk? " tanpa menunggu jawaban Soomin, Huta langsung duduk di sofa depan Soomin.

" Nuguseyo, dan ada urusan apa kau disini? " Tanya Soomin dengan nada sedikit kesal, ia memincingkan matanya dan menatap Huta dengan tatapan dinginnya.

" Perkenalkan namaku Huta." Huta mengulurkan tangannya, tapi Soomin tak peduli dan tak membalas uluran tangan Huta dia mengalihkan pandangan ke lantai dansa melihat teman-temannya.

" Jika boleh kutahu siapa namamu ahgassi dan kenapa kau duduk sendirian disini? " Tidak menyerah, Huta kembali berusaha untuk mengobrol dengan Soomin. Harga dirinya sedang dipertaruhkan sekarang. Ia sedikit kesal dengan gadis yang ada di depannya.

" Bukan urusanmu! Tolong pergi dari sini, aku sedang tidak mau diganggu!" Jawab Soomin ketus. Ia benar-benar tidak nyaman dengan kehadiran Huta di dekatnya.

" Aku tidak akan mengganggumu aku hanya ingin menemanimu. " rayu Huta, ia kemudian melihat ke arah teman- temannya, dan melihat Changsub dan Peniel sedang tertawa sambil memandangnya dengan tatapan mengejek.

"Kalau kau tidak mau pergi, aku saja yang pergi!" Ucap Soomin dengan nada yang sengaja ia tinggikan.

"Baiklah baiklah aku akan pergi. Lagipula aku juga tidak tertarik dengan gadis yang galak sepertimu." Hutapun bangkit dari sofa yang ada di depan Soomin. Ia kemudian kembali ke tempat semulanya, sementara Changsub dan Peniel sudah tertawa keras ketika melihat wajah Huta yang sudah merah padam menahan emosi.

"Hahahaha.. Wajah tampanmu itu tidak mempan ternyata untuk seorang Soomin." Ledek Changsub sambil tertawa. Huta kemudian mengambil kunci mobil Peniel yang diletakan di meja dan meleparkan kunci itu ke arah Changsub, ia kesal harga dirinya seketika hancur hanya karena Soomin. Ia mengambil gelas Vodkanya yang sudah tinggal setengah itu dan meminumnya hingga habis, setelahnya ia pergi meninggalkan Changsub dan Peniel yang masih tertawa.

**************************************

Lee Minhyuk mengerjap-ngejapkan matanya, ia melirik jendela kamarnya. Sinar matahari perlahan-lahan masuk ke dalam kamarnya melalui celah-celah jendelanya.

‘ah sudah pagi, aku tidur terlalu lama rupanya.’ Batinnya ketika ia melihat jam menunjukkan pukul 08.00 KST. Ia kemudian bangkit dari kasurnya dan mengambil handuk dari lemari.

Hyung..” panggil seseorang dari balik pintu. Orang itu adalah Yook Sungjae, adik sepupu dari Lee Minhyuk. Walaupun adik Sungjae memiliki perawakan yang lebih tinggi dari Minhyuk.

“Hmm.. ada apa Sungjae-ah” tanya Minhyuk, ia sudah berdiri di depan pintu kamar mandi, saat Sungjae memanggilnya.

“Ayo sarapan. Eomma, Appa, dan Haraboji sudah menunggu di meja makan.” Jawab Sungjae.

“Kalian duluan saja, hari ini aku bangun kesiangan padahal ada kelas pagi, jadi aku tidak bisa sarapan di rumah.” Lee Minhyuk berbohong, sejujurnya ia tidak ada jadwal pagi hari ini, kelasnya pun dimulai jam 13.00 KST, hanya saja ia enggan untuk sarapan bersama keluarganya, jika memang mereka layak disebut keluarga. Sejak kepindahannya Lee Minhyuk merasa bahwa kehadirannya disitu hanya dijadikan aset oleh Haraboji dan saingan bagi Imonya, mungkin hanya adik sepupunya inilah yang benar-benar menganggap Lee Minhyuk sebagai keluarganya.

“Ah begitu, baiklah. Tapi lain kali kita sarapan bersama ya Hyung.” Lee Minhyuk hanya mengangguk pelan, kemudian ia masuk ke dalam kamar mandinya.

Lee Minhyuk pun berjalan pelan menyusuri jalan yang tidak jauh dari kampusnya. Jam yang ia pakai masih menunjukkan jam 10.00 KST. Masih ada 3 jam lagi sebelum kelasnya dimulai. Apa yang harus ia lakukan sebelum kelasnya dimulai? Apa ia harus ke kampusnya lebih cepat? Ah rasanya Lee Minhyuk terlalu malas untuk melakukannya, ia juga tidak punya teman yang bisa dia ajak berdiskusi atau hanya sekedar mengobrol. Tiba-tiba langkahnya terhenti di sebuah restauran yang kemarin ia kunjungi. Restauran tersebut sudah buka. Lee Minhyuk kemudian memenggang perutnya.

“Sepertinya aku bisa sarapan disini.’ Batinnya, ia pun kemudian masuk ke dalam restauran tersebut dan duduk di bangku yang berada paling dekat dengan pintu masuk. Seorang Ahjussi pemilik restauran itupun menghampirinya. Ahjussi itu membawa sebuat kertas kecil dan sebuah pena untuk mencatat pesanan pelanggannya.

Eoseo oseyo, mau pesan apa?” tanya ahjussi itu ramah. Ahjussi itu kemudian melihat ke arah Lee Minhyuk, ia langsung tersenyuk ketika mengenali wajah pemuda itu.

“Ah, kau rupanya. Kau benar-benar datang kesini lagi.” Lee Minhyuk tersenyum lega karena ia sempat takut Ahjussi itu tidak mengenalinya.

Ne, masakan mu membuatku datang kembali.” Jawabnya, ahjussi itu tertawa-tawa kecil lalu menepuk-nepuk bahu Minhyuk pelan.

Appa..” tiba-tiba terdengar suara lembut dari luar restauran. Ahjussi dan Lee Minhyuk pun menengok ke arah suara itu. Di belakang Lee Minhyuk terdapat seorang perempuan cantik bermata bulat, dengan pipi yang sedikit temban, rambut gadis itu terkuncir rapi. Ahjussi itu tersenyum ketika mendapati putrinya sudah datang.

“Kenalkan ia putri kesayanganku.” Ujar Ahjussi itu kepada Lee Minhyuk.

 


Cerita ini tersedia juga di wattpad dan kemungkinan dipost lebih dulu disana. So.. buat kalian yang punya wattpad, jangan lupa mampir yaa... ditunggu juga kritik dan sarannya...

Adisti & Yuli

Another Side of Me- Part 1_ Aku Lee Minhyuk

di Juli 14, 2021 0 komentar

Hari ini Lee Minhyuk enggan untuk langsung pulang ke rumahnya. Rumah yang telah ia tempati kurang lebih 6 tahun itu tetap asing baginya. Tidak ada kehangatan di dalam rumah itu, semua orang yang ada disana terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing.

Lee Minhyuk berjalan pelan menyusuri jalan setapak dekat kampusnya. Sesekali ia menendang batu-batu kecil yang menghalangi langkahnya. Kemudian ia berhenti di depan sebuah restoran kecil yang ada disana. Ia memperhatikan seorang Ahjussi yang nampak sibuk menurunkan kardus-kardus yang cukup besar. Entah kenapa saat melihat Ahjussi itu, ia teringat akan ayahnya. Ayah yang ia rindukan, yang sudah hampir Lee Minhyuk lupakan wajahnya.

Lee Minhyuk pun menghampiri Ahjussi itu. Ia membantunya membawakan kardus-kardus besar untuk dipindahkan dari mobil ke dalam restauran.

"Gomawoyo, anak muda. Kau baik sekali." Ucap Ahjussi itu setelah kardus-kardus yang ada di dalam mobil selesai ditata rapi di dalam restaurannya. Ahjussi itu tersenyum hangat. Lee Minhyuk mengangguk sopan sembari tersenyum, ia pun melangkahkan kakinya keluar dari restauran tersebut. Namun baru selangkah ia pergi, Ahjussi itu menarik tangannya, lalu mendudukannya ke salah satu kursi yang ada di restauran.

"Tunggu sebentar disini, aku akan membawakan makanan yang lezat untukmu. Kau pasti laparkan?" Belum sempat Lee Minhyuk menjawab pertanyaannya, Ahjussi itu sudah melenggang pergi, masuk ke dalam ruangan yang terletak di bagian pojok restauran.

Lee Minhyuk hanya bisa menuruti permintaan Ahjussi itu. Ia tau sopan santun, ia tidak mungkin pergi begitu saja dari sana. Lagipula ia juga lapar, dan yang terpenting ia malas untuk pulang ke rumah.

Selagi menunggu Ahjussi menyiapkan makanan, Lee Minhyuk menyempatkan dirinya untuk melihat setiap sudut restauran. Restauran ini tidak terlalu besar, hanya ada sekitar 5-6 meja yang tertata rapi disana. Setiap meja dilengkapi dengan 4 kursi yang mengelilingi meja. Ada beberapa lukisan sederhana yang tergantung disana, yang menambahkan kesan nyaman ketika melihatnya.

"Maaf telah menunggu lama." Ujar Ahjussi itu sembari menaruh beberapa lauk-lauk dan nasi di atas meja.

“Jal meokgessseumnida.” Lee Minhyuk tersenyum ketika melihat lauk-lauk yang sudah tertata rapi. Setelahnya ia mulai memakan makanan itu dengan lahap sampai semua makanan itu habis tak tersisa.

"Kamsahamnida Ahjussi, masakanmu sangat lezat." Ujarnya sambil tersenyum kepada Ahjussi. Makanan yang disajikan Ahjussi tadi memang tidak semewah makanan yang ada di rumahnya, namun bagi Lee Minhyuk makanan itu yang paling enak yang pernah ia makan, selain masakan ibunya tentunya.

"Ahjussi, saya pamit pulang dulu. Sekali lagi terima kasih atas makanannya." Lee Minhyuk kemudian bangkit dari kursinya, ia membungkuk sopan kepada Ahjussi itu.

"Baiklah. Selamat jalan, kalo kau mau kau boleh datang kemari, akan aku hidangkan makanan yang lebih enak dari ini, asal kau mau membantuku lagi." Kata Ahjussi itu sambil tertawa. Ia suka menggoda anak muda di depannya. Entah ia menganggap anak muda itu lucu karena terlihat polos sekali. Apalagi ketika ia makan, mata yang tandinya sayu itu terlihat berbinar tanpa sebab yang jelas.

"Ne. Saya pasti akan datang lagi." Ujar Lee Minhyuk, lalu ia melambaikan tangannya dan benar-benar pergi dari restauran itu.

Senyuman Lee Minhyuk terus terukir di bibir merahnya yang mungil. Ia sudah lama tidak merasakan kehangatan di dalam hatinya. Ahjussi itu sangat baik, ia nyaman berada di dekat Ahjussi itu. Selain itu masakannya sangat cocok untuk lidahnya.

Langkah ringan Lee Minhyuk tiba-tiba berhenti di depan gerbang rumah mewah yang besar. Seketika senyum Lee Minhyuk memudar dan tergantikan dengan ekspresi muka datar.

Pria tua yang sedang berada di pos depan gerbang itupun buru-buru membuka gerbang itu, mepersilahkan Lee Minhyuk untuk masuk.

Sepi dan dingin, suasana yang sama yang Lee Minhyuk dapatkan ketika pertama kali datang ke rumah ini 6 tahun yang lalu. Lee Minhyuk melangkahkan kakinya menaiki tangga yang terlihat megah itu. Saat sudah sampai di lantai 2, ia pun melanjutkan langkahnya menuju kamarnya yang terletak paling ujung. Namun langkahnya kembali terhenti di depan sebuah ruangan dengan pintu kayu besar yang mengkilap.

 

"Ayah tidak bisa mengambil keputusan seenaknya begitu! Anak itu bahkan baru menjadi bagian dari keluarga kita. Aku berani taruhan, anak itu bahkan tidak tau caranya bersikap sebagai keluarga terpandang!"

"Ya Lee Eunbi jaga omonganmu! Dia anak dari kakakmu! Bagaimana pun jelas dia adalah cucu pertama ku. Lagipula aku sudah memperhatikannya cukup lama saat ia masih di panti asuhan, ia anak yang pintar dan rajin, ayah yakin ia akan bisa meneruskan perusahaan ayah kelak."

Lee Minhyuk mengembuskan napasnya kasar, ia mengusap wajahnya dengan frustrasi, mengacak-acak poni rambutnya yang tadinya tersusun dengan rapi menutup keningnya, kepalanya tiba-tiba pening. Pertengkaran antara Haraboji dan Imonya itu bukan sekali atau dua kali ia dengar, tapi hampir setiap saat. Mereka berdua bertemu hanya untuk bertengkar dan alasan mereka bertengkar adalah dirinya.

Masih segar diingatannya, ketika 6 tahun lalu tiba-tiba ada seorang pria tua datang menghampirinya ketika ia sedang membaca sendirian di taman panti asuhan tempat ia tinggal dulu. Pria tua itu mengaku sebagai kakeknya dengan menunjukkan foto-foto antara pria tersebut dengan Ibu Lee Minhyuk. Sejak saat itu ia pun pindah ke rumah mewah yang sekarang ia tempati.

Lee Minhyuk buru-buru pergi menuju kamarnya ketika ia mendengar suara langkah kaki yang mendekati pintu. Ia masuk dengan cepat ke dalam kamarnya. Mengunci kamarnya. Suasana hatinya berubah dengan cepat menjadi muram. Ia merobohkan tubuhnya di depan pintu kamarnya. Menekuk kedua lututnya dan menyebunyikan wajahnya di antara sela-sela lututnya. Entah kenapa hari ini sepertinya energinya terkuras begitu saja. Perlahan –lahan ia menutup matanya.

"Minhyuk-ie jangan lari-lari nanti jatuh." Wanita muda itu berusaha untuk menangkap anaknya yang masih beusia 5 tahun itu. Anak yang dipanggil Minhyuk itu terus berlari sambil tertawa. "Eomma tangkap aku kalo bica." Ujarnya sambil menjulurkan lidah mungilnya. Ia kembali tertawa dan berlari mengelilingi taman.

"Eomma pas aku besal, aku mau jadi atlet lali ya?" Katanya lucu, ia memandang ibunya dengan tatapan berbinar. Wanita muda itu tersenyum lalu mengacak-acak rambut anaknya pelan.

"Lakukan apapun yang Minhyuk-ie mau. Selama itu membuat Minhyuk-ie senang Eomma akan selalu mendukung Minhyuk-ie." Wanita itupun mencium kening anaknya lembut.

“Eomma janji ya akan selalu menemaniku?”tanya Minhyuk kecil, ibunya mengangguk pelan, ia tersenyum kemudian memeluk tubuh kecil anaknya.

“Ne.. Eomma akan selalu berada di sisi Minhyuk-ie selamanya.”

 **************************************

Pria itu memandang cermin yang ada di depannya dengan tatapan bangga. Ia memperhatikan dengan detail pantulan dirinya itu di cermin, lalu menyisir rambutnya ke belakang, sehingga keningnya terlihat sempurna.

“Kau memang tampan.” Ujarnya sambil sedikit menggerakan ujung atas bibirnya ke arah atas. Ia kemudian mengambil jaket kulit berwarna hitam pekat, dan memakainya. Jaket itu ia biarkan terbuka dan memperhatikan kaos hitam yang cukup ketat sehingga membentuk tubuhnya yang berotot.

“Mari kita berpesta malam ini.” Setelah mengatakan itu, ia pun melangkah keluar meninggalkan kamarnya. Ia berdiri di bawah lampu jalan yang tidak jauh dari rumahnya, salah satu tangannya ia masukan ke dalam saku, tiang lampu yang berada di belakangnya ia gunakan untuk menompang tubuhnya.

Tidak lama kemudian sebuah mobil sedan hitam berhenti di depannya, kaca mobil itu kemudian terbuka setengah, dan melihatkan pria plontos yang ada di dalamnya.

“Hyung, ayo masuk.” Ujar pria plontos itu di dalam mobil. Pria yang dipanggil ‘Hyung’ itupun kemudian membuka mobil dan duduk di sebelahnya.

“Ya Peniel! Sudah ku katakan panggil aku Huta saja!”

 

Cerita ini tersedia juga di wattpad dan kemungkinan dipost lebih dulu disana. So.. buat kalian yang punya wattpad, jangan lupa mampir yaa... ditunggu juga kritik dan sarannya...

Adisti & Yuli

Sinopsis Another Side of Me

di Juli 14, 2021 0 komentar

 

Lee Minhyuk tidak pernah mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya sendiri. Ia selalu berada di situasi dan tempat yang tak terduga. Beberapa orang yang ia temui memanggilnya dengan nama yang berbeda. Huta, ia sering dipanggil dengan nama itu. Nama yang begitu asing di telinganya. Siapa sebenarnya Huta? Ada hubungan apa Lee Minhyuk dengan Huta?

Sebelum kehadiran Huta saja hidup Lee Minhyuk sudah berantakan, sekarang dengan kehadiran Huta membuat hidupnya bertambah berantakan. Lalu bagaimana caranya Lee Minhyuk dapat bertemu dengan Huta? Ia sendiri tidak tau bagaimana wujud Huta, yang Lee Minhyuk tau Huta mempunyai wajah yang sama dengannya dan merebut sebagian hidup Lee Minhyuk.



Setelah sekian lama blog ini penuh debu, akhirnya aku kembali.. kali ini untuk menemani kalian yang lagi PPKM biar nggak bosen di rumah.. Oh iya aku nulis cerita ini bareng temen ku sesama Melody
Adisti & Yuli

 

A N L Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea