Kamis, 07 Maret 2013

Definisi Sehat

di Maret 07, 2013 4 komentar
apa sih arti kata sehat menurut kalian? nah kalau kalian ingin tau sehat secara mendalam, yuk kita simak tulisan di bawah ini :)



Konsep sehat menurut Masyarakat awam mendefinisikan sehat sebagai keadaan yang enak , nyaman dan bahagia . Dan dapat melakukan pekerjaan sehari – hari dalam kondisi yang prima. Sedangkan sakit di definisikansebagai keadaan tubuh yang mengalami gangguan fisik sehingga timbul rasa dan perasaan yang tidak mengenakan , tidak nyaman dan tidak bisa melakukan pekerjaan sehari- hari .Konsep sehat sakit ini mengakar pada masyarakat luas dan berlaku bagi berbagai kalangan (pria dan wanita), dewasa dan anak-anak .


  • Menurut Para Ahli:



  1. Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. 
  2. Menurut White (1977) Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan. 
  3. Menurut Pepkin’s Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.

  • Kita semua selalu ingin sehat, namun perlu kiranya dipahami pengertian dari sehat itu sendiri secara benar dan tepat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Definisi WHO tentang sehat tersebut mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkankonsep sehat yang positif yaitu, pertama,  memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.Kedua, memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal. Serta yang ketiga,  penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Dan definisi sehat menurut WHO tersebut, terdapat empat komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu:

  1. Sehat Jasmani, Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
  2. Sehat Mental, Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Dalam jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut :
    a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan. 
    b.  Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
    c.  Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.
  3. Kesejahteraan Sosial Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit       diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum. 
  4. Sehat Spiritual, Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.
Menurut UU No.23,1992tentang Kesehatan menyatakan bahwa sehat adalah keadaan sejahteradari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Dalam pengertian yang paling luassehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimanaindividu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal ( psikologis,intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi) dalammempertahankan kesehatannya.
Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagaiketahanan “jasmaniah, ruhaniyahdansosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya, dan memelihara serta mengembangkannya.
Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al Quran dan Hadits ditemui banyak referensi tentang sehat.Misalnya Hadits Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda.“Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia yaitukesehatan dan waktu luang.”
Kosa kata “sehatwalafiat” dalam bahasa Indonesia mengacu pada kondisi ragawi dan bagian-bagiannya yang terbebasdari virus penyakit. Sehat Wal Afiat ini dapat diartikan sebagai kesehatan pada segifisik, segi mental maupun kesehatan masyarakat.




Kesehatan manusia dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu :
1. Udara
2. Air
3. Makanan dan Minuman
4. Keseimbangan Emosi
5. Olahraga Teratur
6. Istirahat Cukup

Sumber            :
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/11/29/memahami-definisi-sehat-512845.html

Minggu, 03 Maret 2013

Rintikan Cinta di Balik Senja

di Maret 03, 2013 0 komentar

Derai hujan kian lama kian menukik tajam, menumpahkan segala elemen yang terkandung di dalamnya, derap langkah kaki orang yang berlalu lalang di sini ikut menambah kebisingan kota. Beberapa orang itu nampak berlari menghindari hujan, tapi tidak dengan gadis itu, dia tetap diam ditempat duduknya semula, memandang langit kelam dengan tatapan sendunya, entah apa yang ia pikirkan saat ini. aku berjalan pelan kearahnya, mengarahkan benda berbentuk parabola ke atas kepalanya, ia terlihat terkejut dengan kedatanganku.
“kau?” ujarnya bingung.
“kau sudah gila ya?” tanyaku kesal, ia menghela napasnya perlahan.
“dia pasti akan datang kan?” ia menatapku dengan tatapan memohonnya, aku menggeleng pelan.
“kita pulang! Ibumu sudah menunggu Nita.” Perintahku tegas, menarik pelan tangan mungilnya, tapi dengan angkuhnya ia menepis tanganku.
“aku masih mau disini, kau saja yang pulang. Dia pasti akan datang, aku yakin itu.” Aku kembali menarik tangannya kali ini lebih kencang dari sebelumnya.
“ku bilang pulang! Dia tak akan datang! Karena dia sudah meninggal nita! Sadar nit! Sadar!” kataku marah, emosiku kali ini sudah mencapai batas maksimumnya, sudah lama aku menahan emosiku karenanya, tapi ini sudah berlebihan, kalo ini terus ku biarkan ia bisa kehilangan akal sehatnya. Lagi-lagi ia menepis tanganku. Menutup telinganya rapat, menggeleng sekuat yang ia bisa.
“nggak mungkin ron, dia pasti datang! Pasti!” ujarnya tegas, berlari sekuat yang ia bisa, pergi meninggalkan aku sendiri di sini.

***
Senyumku mengembang layaknya sepotong cake yang ada di tanganku sekarang, rasanya semua capek itu hilang ketika melihat hasil karyaku, yap sepotong cake cokelat yang kurasa cukup mengiurkan ini, dengan langkah pasti aku memasukkan cake itu kedalam dus yang telah ku sediakan dan membawanya menuju rumah gadis yang sangat ku cintai. Tidak perlu memakan waktu yang lama aku telah sampai persis di depan rumahnya. Menekan bel yang bertenger manis di samping pagar rumah, selang beberapa menit seseorang datang dan menghampiriku.
“eh den Roni, nyari non Nita ya?” tanyanya, aku mengangguk pasti.
“adakan bi?”
“ada kok den di kamarnya.” Jawab bi inem. Aku tersenyum, lalu segera bergegas masuk ketika pintu pagar itu di buka.
“terima kasih bi.” Ujarku, melangkah dengan pasti menuju kamar dimana Nita berada.
“hai nit, lihat aku bawa apa?” kataku riang, ketika aku sudah berada di depanya, tak ada balasan dari Nita ia tetap diam memandangku dengan tatapan yang sama seperti waktu itu, tatapan yang membuat hatiku terasa perih.
“mau coba nggak nit? Ini aku sendiri loh yang buat.” Aku terus saja berusaha membuat dia merespon kata-kataku, tapi lagi-lagi yang ku dapat hanya nihil, ia tak sedikitpun membalasnya. Aku melirik sedikit ke kotak yang sedari tadi ku arahkan kepadanya, menghembuskan napas perlahan, menahan emosi yang telah siap keluar. Aku pejamkan mataku perlahan, meletakkan kotak itu tepat di sampingnya, lalu beranjak keluar dari kamarnya, sungguh aku tak ingin melihat ia seperti ini. kemana Nita yang ku kenal dulu? Kemana perginya senyuman manis itu? Tuhan bantu aku untuk mengembalikan senyuman itu lagi.
***
Aku menatapnya dengan tatapan lembut yang ku punya, berharap masih ada secercah kehangatan di sana. Tapi aku tidak dapat melihatnya, mata itu kosong dan dingin, mata itu telah redup, dan yang hanya bisa mengembalikan sinar itu hanya dia, bukan aku.
“nit” panggilku pelan, ia menoleh ke arahku sebentar lalu membuang pandangannya kemana-mana.
“mau sampai kapan kamu kayak gini? Dia udah pergi nit, aku tau kamu sedih, tapi bukan begini caranya, kamu menyisak diri kamu sendiri nit, kalau dia lihat ini, dia juga pasti sedih nit.” Kataku panjang, nita hanya membalas dengan sebuah helaan napas panjang. “ku mohon terima kenyataan.” Lanjutku lagi, nita mengangguk pelan, dan beranjak pergi meninggalkanku. Apa arti anggukan itu? Apa kau akan berusaha menerima kenyataan pahit ini?

***
“sebenernya kita mau kemana sih?” tanyamu bingung, aku tersenyum menjawabnya.
“hei, mau kemana?” merasa pertanyaanmu tidak ku jawab kau mengulang pertanyaanmu tadi.
“nanti kau juga tau kok.” Jawabku singkat, sambil terus berkonsetrasi menyetir. Ya akhirnya aku berhasil membuatmu sedikit berubah. Kau tidak lagi murung dan menatap sesuatu dengan pandangan kosongmu, kau juga sudah mulai tersenyum, ya walaupun aku tau senyumanmu belum kembali seutuhnya. Tapi itu tak masalah bagiku, karena hari ini aku berniat untuk mengembalikan senyumanmu itu.
Mobilku berhenti tepat di depan bukit yang indah, di bukit ini banyak sekali tertanam berbagai macam bunga, warnanya pun beragam. Aku dengan cepat melangkahkan kakiku menuju puncak bukit, tapi baru setengah menaikinya aku tersadar akan sesuatu, ya Nita hanya diam di samping mobilku, dan tatapan itu kembali, tatapan menyayat hati itu. Aku membalikkan tubuhku, berjalan mendekatinya.
“enggak mau naik nit?” tanyaku, Nita menggeleng pelan.
“mau ngapai ke sini Ron? Kita pulang aja yuk.” Pintanya, ia merengkuh lenganku, menarikku untuk kembali ke dalam mobil.
“Nit, dengerin aku ya, aku tau bukit ini mengingatkan kamu sama dia, aku tau di bukit ini juga dia hilang, tapi Nit kamu masih ada, kamu masih hidup, dan aku mau di bukit ini juga kamu bisa menjadi Nita yang dulu, Nita yang ceria, bukan Nita yang pemurung.” Aku menatap ke dua bola matanya, berharap ia mengangguk dan menyetujui permintaanku kali ini. Nita nampak terdiam, sepertinya ia berusaha untuk tidak mengingat kenangan buruk, kenangan di mana ia kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi. Kembali ia menghela napasnya, mengumpulkan sisa-sisa keberanianya.
“ayo, tunggu apa lagi?” ujarnya. Ia melangkah pasti menaiki bukit itu, aku tersenyum melihatnya. Nitaku akan segera kembali, aku yakin itu.
Suasana di sini memang tidak ada yang berubah, damai dan sejuk. Banyak sekali kupu-kupu maupun burung-burung yang berterbangan, menambahkan keindahan. Semilir angin menemani kita berdua, membelai perlahan rambut panjang milik Nita, dan sepertinya ia nampak menikmati semuanya, mata indah itu ia pejamkan, menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan, mungkin dengan itu ia berharap semua beban yang ada di dalam dirinya berkurang. Aku terus saja memandanginya, tersenyum senang melihatnya.
“kau tau kenapa aku ajak kau ke sini?” tanyaku memecahkan keheningan di antara kita. Kau menggeleng pelan.
“aku ingin menggantikan kenangan buruk dengan sebuah kenangan indah.” Kau menatapku dengan tatapan bingung, aku tersenyum lalu berdiri dan mengacak-acak rambutmu pelan.
“Nit, aku tau aku bukan dia, aku tau aku tak akan bisa menggantikan posisinya di hatimu Nit. Tapi nit ijinkan aku untuk masuk ke dalamnya.” Aku berusaha sekuat tenaga untuk menutupi rasa grogiku, aku tidak mau kata-kata yang sudah ku susun semalam suntuk ini gagal. Nita tersenyum lalu berdiri tepat di hadapanku.
“Ron, aku memang belum bisa melupakan kenangan buruk itu, tapi aku mau membuat sebuah kenangan baru bersamamu.” ujarnya pelan, ia membalikan badannya menatap langit mendung siang ini. “langit sampaikan salamku untuknya, sampaikan bahwa aku sudah menemukan seseorang yang dapat membuat kenangan indah itu lagi, langit sampaikan padanya kalau dia tak perlu menghawatirkanku di sana, karena sekarang dialah yang akan menjagaku.” Lanjutnya lagi, bersamaan dengan itu langitpun kembali menumpahkan air. Perlahan tapi pasti air itu terus tumpah, membuat bukit ini basah. Aku tersenyum senang, memeluknya erat sangat erat tak ingin rasanya melepaskannya.

Hujan kini menjadi sanksi bisu perjanjianku dengan dia. Janjiku yang akan selalu ku penggang sampai maut menjemputku, janjiku untuk selalu membahagiakannya, dan membuat goresan indah di dalam kehidupannya. Hujan jagalah dia saat ku tak ada, hujan berikanlah dia kesegaran ketika kemarau menyelimuti harinya. Hujan temani dia saat ia merasakan panas. Hujan samarkanlah tangisannya, jangan biarkan ia menangis lagi.
 

A N L Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea