"Ya
Peniel! Sudah ku katakan panggil aku Huta saja!" Peniel yang mendengarnya
pun hanya mengeleng-gelengkan kepalanya. Sejujurnya perbedaan usia mereka tidak
jauh hanya terpaut 2 tahun saja. Tapi tetap saja pria bernama Huta itu lebih
tua darinya.
"Gini-gini
aku masih tau sopan santun Hyung."
Jawabnya sambil menginjak pedal gas. Mobil itupun melaju dengan kecepatan
sedang melewati jalan kota Seoul yang sepi dan sedikit gelap.
Mobil
Peniel pun berhenti di sebuah gedung bertuliskan 'Octagon' salah satu club
malam yang terkenal di kota Seoul. Mereka berdua pun turun dari mobil dan masuk
ke dalam club itu.
Seperti
yang dapat dibayangkan suasana di dalam club begitu ramai. Banyak sekali
orang-orang yang sedang menari diiringin dengan suara musik yang dapat memekkan
telinga. Huta dan Peniel mengedarkan pandangannya mencari-cari sesorang yang
mereka berdua kenal.
"Ya!
Huta! Peniel! Aku disini!" Teriak seseorang dengan suara nyaringnya sambil
melambaikan tangannya tinggi-tinggi agar kedua temannya dapat melihatnya dengan
jelas. Huta dan Peniel yang merasa namanya dipanggil pun menoleh ke arah suara,
lalu melambaikan tangannya sambil menuju orang yang memanggilnya. Mereka
bertiga pun akhirnya duduk di sebuah meja yang terlatak di ujung club.
"Wahh,
akhirnya kau bisa keluar juga. Kemana saja kau? Kenapa HP mu tidak bisa
dihubungi? Aisshh kau seperti anak gadis yang sedang dikurung oleh
ibunya." Baru saja Huta dan Peniel duduk di depan teman yang memanggilnya,
ia sudah mengoceh panjang lebar.
"Aigoo, Changsub-ah kau sama sekali tidak
berubah ya? Tetap berisik seperti dulu!" Jawab Huta singkat, ia
menggeleng-gelengkan kepalanya. Temannya yang satu ini memang dari dulu tidak
berubah, ia selalu saja penasaran dengan apa yang dilakukan Huta jika dia tidak
bertemu dengan teman-temannya. Sementara Changsub hanya bisa mengeluarkan
cengiran khasnya. Changsub tau jika Huta sudah menjawabnya seperti itu,
tandanya ia tidak boleh bertanya lagi, jika ia terus bertanya, bisa-bisa
pipinya yang tadi berwarna putih kemerahan itu akan berubah menjadi hitam dan
bengkak.
Peniel
yang melihat kedua hyungnya pun hanya bisa tertawa kecil. Ia kemudian berdiri
dari tempat duduknya
"Hyung, kalian berdua mau pesan apa? Biar
ku pesankan." Ujarnya.
"Seperti
biasa saja, Vodka."
"Aku
juga. Kau hapalkan kesukaanku kalo sedang disini? Wisky." Jawab mereka
berdua hampir berbarengan. Peniel mengangguk cepat dan berlalu untuk memesan
minuman mereka.
"Ya, kau liat perempuan yang sedang duduk
sendiri disana?" Tanya Changsub, ia menunjuk seseorang perempuan yang
sedang duduk di belakang Huta. Huta pun memutar sedikit kepalanya, untuk
melihat perempuan yang dimaksud Changsub. Lalu memandang Changsub dengan kening
yang sedikit mengkerut.
"Dia
Soomin, designer muda yang cukup terkenal itu." Jelas Changsub singkat,
tepat setelah Changsub mengatakan itu Peniel datang dan duduk disamping
Changsub, sambil membawa minuman yang dipesan oleh mereka bertiga. Huta segera
mengambil gelas itu dan meminumnya, hingga isi di dalam gelas itu tinggal
setengah. Setelahnya ia kembali menantap Changsub dengan tatapan heran
"Lalu
apa hubungannya denganku?" Tanyanya
bingung.
"Kau
kan selalu membanggakan diri, kau bilang semua perempuan tidak akan tahan
dengan pesonamu. Coba buktikan, kalo kau berhasil mendekati Soomin, aku akan
mengakui bahwa aku bukan lawanmu dalam urusan wanita." Peniel yang baru
saja datang dan bergabung terlihat bingung, ia mengerutkan keningnya dan
menatap kedua Hyungnya bergantian.
"Kalian
sedang berbicara apa? Soomin? Kim Soomin yang duduk disana?" Peniel
kemudian menunjuk seorang perempuan yang duduk beberapa bangku darinya.
Changsub mengangguk cepat.
"Kau
mau taruhan denganku Peniel?" Tanyanya menggoda. Ia menaik-naikan alisnya
dan melirik Huta dengan sebelah matanya.
"Ah
Huta Hyung mau mendekatinya? Soomin?
Saranku jangan hyung, nanti kami
berdua yang repot kalau hyung ditolak."
Ujar Peniel, ia dan Changsub kemudian tertawa melihat muka Huta memerah.
Mereka berdua tau temannya yang satu ini pasti tidak mau kalah, apalagi
mengenai mendekati seorang perempuan.
"Ya! Kalian lupa siapa aku?! Kalian
meragukan ketampanan ku?! Tunggu disini, akan ku tunjukan siapa itu Huta!"
Ucapnya dengan nada kesal. Ia pun langsung berdiri dari bangkunya dan
menghampiri wanita yang sedari tadi ditunjuk oleh kedua temannya.
Huta
mendekati Soomin yang sedang bermain dengan gelasnya sementara matanya tertuju
ke arah lantai dansa tempat dimana orang-orang menari.
Ketika
Huta semakin mendekat dan sudah berada di dekat Soomin , Soomin mengalihkan
pandangan ke arah Huta dengan tatapan dingin dan enggan. Ia mengerutkan
keningnya ketika Huta sudah berada di depannya.
Huta
kemudian mengusap rambut bagian depannya ke arah belakang, ia menatap Soomin
sesaat dengan tatapannya yang penuh pesona bagi gadis-gadis lain, tapi Soomin justru mengacuhkannya, gadis itu
terlihat tidak peduli dan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
"
Annyeong ahgassi, apa yang kau
lakukan sendiri disini, bolehkah aku menemani kau duduk? " tanpa menunggu
jawaban Soomin, Huta langsung duduk di sofa depan Soomin.
"
Nuguseyo, dan ada urusan apa kau
disini? " Tanya Soomin dengan nada sedikit kesal, ia memincingkan matanya
dan menatap Huta dengan tatapan dinginnya.
"
Perkenalkan namaku Huta." Huta mengulurkan tangannya, tapi Soomin tak
peduli dan tak membalas uluran tangan Huta dia mengalihkan pandangan ke lantai
dansa melihat teman-temannya.
"
Jika boleh kutahu siapa namamu ahgassi
dan kenapa kau duduk sendirian disini? " Tidak menyerah, Huta kembali
berusaha untuk mengobrol dengan Soomin. Harga dirinya sedang dipertaruhkan
sekarang. Ia sedikit kesal dengan gadis yang ada di depannya.
"
Bukan urusanmu! Tolong pergi dari sini, aku sedang tidak mau diganggu!"
Jawab Soomin ketus. Ia benar-benar tidak nyaman dengan kehadiran Huta di
dekatnya.
"
Aku tidak akan mengganggumu aku hanya ingin menemanimu. " rayu Huta, ia
kemudian melihat ke arah teman- temannya, dan melihat Changsub dan Peniel
sedang tertawa sambil memandangnya dengan tatapan mengejek.
"Kalau
kau tidak mau pergi, aku saja yang pergi!" Ucap Soomin dengan nada yang
sengaja ia tinggikan.
"Baiklah
baiklah aku akan pergi. Lagipula aku juga tidak tertarik dengan gadis yang
galak sepertimu." Hutapun bangkit dari sofa yang ada di depan Soomin. Ia
kemudian kembali ke tempat semulanya, sementara Changsub dan Peniel sudah
tertawa keras ketika melihat wajah Huta yang sudah merah padam menahan emosi.
"Hahahaha.. Wajah tampanmu itu tidak mempan ternyata untuk seorang Soomin." Ledek Changsub sambil tertawa. Huta kemudian mengambil kunci mobil Peniel yang diletakan di meja dan meleparkan kunci itu ke arah Changsub, ia kesal harga dirinya seketika hancur hanya karena Soomin. Ia mengambil gelas Vodkanya yang sudah tinggal setengah itu dan meminumnya hingga habis, setelahnya ia pergi meninggalkan Changsub dan Peniel yang masih tertawa.
**************************************
Lee
Minhyuk mengerjap-ngejapkan matanya, ia melirik jendela kamarnya. Sinar
matahari perlahan-lahan masuk ke dalam kamarnya melalui celah-celah jendelanya.
‘ah
sudah pagi, aku tidur terlalu lama rupanya.’ Batinnya ketika ia melihat jam
menunjukkan pukul 08.00 KST. Ia kemudian bangkit dari kasurnya dan mengambil
handuk dari lemari.
“Hyung..” panggil seseorang dari balik
pintu. Orang itu adalah Yook Sungjae, adik sepupu dari Lee Minhyuk. Walaupun
adik Sungjae memiliki perawakan yang lebih tinggi dari Minhyuk.
“Hmm..
ada apa Sungjae-ah” tanya Minhyuk, ia sudah berdiri di depan pintu kamar mandi,
saat Sungjae memanggilnya.
“Ayo
sarapan. Eomma, Appa, dan Haraboji
sudah menunggu di meja makan.” Jawab Sungjae.
“Kalian
duluan saja, hari ini aku bangun kesiangan padahal ada kelas pagi, jadi aku
tidak bisa sarapan di rumah.” Lee Minhyuk berbohong, sejujurnya ia tidak ada
jadwal pagi hari ini, kelasnya pun dimulai jam 13.00 KST, hanya saja ia enggan
untuk sarapan bersama keluarganya, jika memang mereka layak disebut keluarga.
Sejak kepindahannya Lee Minhyuk merasa bahwa kehadirannya disitu hanya
dijadikan aset oleh Haraboji dan
saingan bagi Imonya, mungkin hanya
adik sepupunya inilah yang benar-benar menganggap Lee Minhyuk sebagai
keluarganya.
“Ah
begitu, baiklah. Tapi lain kali kita sarapan bersama ya Hyung.” Lee Minhyuk hanya mengangguk pelan, kemudian ia masuk ke
dalam kamar mandinya.
Lee
Minhyuk pun berjalan pelan menyusuri jalan yang tidak jauh dari kampusnya. Jam
yang ia pakai masih menunjukkan jam 10.00 KST. Masih ada 3 jam lagi sebelum
kelasnya dimulai. Apa yang harus ia lakukan sebelum kelasnya dimulai? Apa ia
harus ke kampusnya lebih cepat? Ah rasanya Lee Minhyuk terlalu malas untuk
melakukannya, ia juga tidak punya teman yang bisa dia ajak berdiskusi atau
hanya sekedar mengobrol. Tiba-tiba langkahnya terhenti di sebuah restauran yang
kemarin ia kunjungi. Restauran tersebut sudah buka. Lee Minhyuk kemudian
memenggang perutnya.
“Sepertinya
aku bisa sarapan disini.’ Batinnya, ia pun kemudian masuk ke dalam restauran
tersebut dan duduk di bangku yang berada paling dekat dengan pintu masuk.
Seorang Ahjussi pemilik restauran
itupun menghampirinya. Ahjussi itu
membawa sebuat kertas kecil dan sebuah pena untuk mencatat pesanan
pelanggannya.
“Eoseo oseyo, mau pesan apa?” tanya ahjussi itu ramah. Ahjussi itu kemudian melihat ke arah Lee Minhyuk, ia langsung
tersenyuk ketika mengenali wajah pemuda itu.
“Ah,
kau rupanya. Kau benar-benar datang kesini lagi.” Lee Minhyuk tersenyum lega
karena ia sempat takut Ahjussi itu
tidak mengenalinya.
“Ne, masakan mu membuatku datang
kembali.” Jawabnya, ahjussi itu
tertawa-tawa kecil lalu menepuk-nepuk bahu Minhyuk pelan.
“Appa..” tiba-tiba terdengar suara lembut
dari luar restauran. Ahjussi dan Lee
Minhyuk pun menengok ke arah suara itu. Di belakang Lee Minhyuk terdapat
seorang perempuan cantik bermata bulat, dengan pipi yang sedikit temban, rambut
gadis itu terkuncir rapi. Ahjussi itu
tersenyum ketika mendapati putrinya sudah datang.
“Kenalkan
ia putri kesayanganku.” Ujar Ahjussi itu
kepada Lee Minhyuk.
0 komentar:
Posting Komentar