"Ah.. kau sudah pulang?" Tanya
Ahjussi kepada gadis yang baru saja
datang. Gadis itu tersenyum dan melihat ke arah Minhyuk yang sedang menunduk.
"Kau, masih ingat dengan pria yang
ku ceritakan kemarin?" Gadis itu mengangguk cepat.
"Jadi dia yang membantu Appa?" Ahjussi itu mengangguk mengiyakan pertanyaan dari putrinya.
"Kenalkan dia putri
kesayanganku." Ujar Ahjussi
kepada Minhyuk. Gadis itu kemudian buru-buru mengulurkan tangannya, Minhyuk
menyambut uluran tangan tersebut dengan tetap menunduk.
"Aku Oh Hayoung. Gomawoyo sudah membantu Appa ku." Ujarnya, ia tersenyum
lebar sambil menatap Minhyuk dengan mata yang berbinar-binar. Minhyuk kemudian
mengangkat kepalanya, dan membalas senyuman Oh Hayoung.
"Aku Lee Minhyuk."
Hayoung merupakan gadis yang ceria, berbeda
dengan Minhyuk yang cenderung diam. Sepanjang mereka mengobrol Hayounglah yang
banyak berbicara, ia menceritakan berbagai macam hal, sementara Minhyuk hanya
mendengarkan dan sesekali tersenyum, ketika melihat Hayoung tertawa.
************************************
Seharian ini perasaan Minhyuk tak
karuan. Pagi hari ia merasa senang ketika mengobrol dengan Hayoung. Entah
Minhyuk merasa nyaman berada di dekat Hayoung dan Ahjussi. Perasaan yang sudah lama tidak dirasakan olehnya. Namun
perasaan itu langsung lenyap ketika ia bertemu dengan sekumpulan pria yang bisa
dibilang merupakan preman di kampusnya. Pria-pria itu suka sekali menindas
orang yang lebih lemah daripada mereka dan salah satunya adalah Lee Minhyuk.
Minhyuk tidak mengerti hal apa yang
membuat pria-pria ini mengganggunya. Setiap ia bertemu dengan mereka, ada saja
hal yang mereka lakukan untuk mengerjai Minhyuk. Seperti tadi tiba-tiba Minhyuk
disiram air dari botol yang dibawa oleh Nam Donghan, salah satu atau mungkin
bisa dibilang ketua dari pria-pria itu. Akibatnya lembaran tugas yang Minhyuk
bawa semuanya basah. Padahal tugas itu harus segera dikumpulkan. Minhyuk ingin
marah tapi ia tidak mau hal itu menjadi besar, akhirnya ia hanya pergi dari
sana tanpa mengatakan apapun dan ia masih mendengar samar-samar kata-kata Nam
Donghan untuknya
"Makanya jangan sok tampan, jika
tidak mau berurusan denganku!" Sok tampan? Kapan? Lee Minhyuk benar-benar
tidak mengerti apa yang Nam Donghan katakan.
Sekarang ketika Lee Minhyuk sampai
rumahnya, ia justru disambut dengan tatapan Lee Eunbi yang sangat menyebalkan.
"Kalau kau benar-benar baik, kau
bujuk Sungjae untuk berhenti bermain-main dan serius mempelajari bisnis."
Ujar Lee Eunbi dingin, setelah mengatakan itu Imonya pergi begitu saja tanpa
menunggu jawaban dari Minhyuk.
Lee Minhyuk kemudian masuk ke dalam
kamarnya, ia melempar tasnya sembarangan. Kepalanya terasa berat dan pening. Ia
mengurut-urut kepalanya perlahan sambil menatap cermin yang ada di depannya.
Bagaimana cara ia membujuk adik sepupunya itu? Sementara ia tau adiknya itu
sama sekali tak tertarik dengan bisnis, sama seperti dirinya. Lee Minhyuk tidak
pernah punya pikiran untuk menjadi pengusaha, cita-citanya adalah menjadi atlet
tapi saat ia datang ke rumah ini ia harus mengubur mimpi itu dalam-dalam dan
itu menyakitkan, apa sekarang ia harus memaksa Sungjae untuk melakukan hal yang
sama agar Imonya tidak selalu
berpikir ia ingin merebut segalanya dari Sungjae?
"Kau sangat menyedihkan Lee
Minhyuk." Ujarnya pada pantulan dirinya di cermin.
****************************************
"Astaga, akhirnya aku bisa keluar
juga." Ujar Huta, ia sedang melihat dirinya sendiri di dalam cermin. Ia
kemudian tersenyum sinis.
"Kau, masih saja pengecut
rupanya." Ujarnya pelan entah untuk siapa. Kemudian ia menundukkan
kepalanya di depan kasur. Merogoh-rogoh bawah kasurnya dan menarik satu kotak
yang berukuran besar dan mengambil barang-barang yang ia perlukan dari sana.
Huta kemudian memainkan handphonenya.
"Yoboseyo, Peniel kau sedang sibuk? Bisa jemput aku di tempat biasa?
Ya ya baik aku tunggu." Ia kemudian mematikan panggilan teleponnya dan
mulai mengganti pakaiannya.
"Nah, kalo begini kan aku lebih
tampan." Ujarnya. Hari ini ia menggunakan kaos hitam yang dipandu kan
dengan jaket jeansnya dan celana panjang yang terlihat robek-robek di bagian
lututnya.
Huta kemudian mengambil dompetnya yang
berada di dalam tas ranselnya dan melangkah pergi dari kamar serta rumahnya.
"Hari ini mau kemana kita
Hyung?" Tanya Peniel ketika ia sudah bertemu dengan Huta di tempat yang sudah
mereka janjikan.
"Departemen store. Aku ingin
membeli segala hal yang ku butuhkan untuk menunjang ketampanan ku." Jawab
Huta, yang membuat Peniel tertawa keras.
"Kau masih dendam hyung dengan
kejadian kemarin?" Tanyanya sambil menahan tawa.
"Tidak, aku hanya ingin menunjukkan
pada gadis-gadis siapa itu Huta." Peniel hanya mengangguk-angguk pasrah
ketika mendengarnya. Hyungnya ini memang selalu seperti itu. Ketika ada gadis
yang menolaknya, ia akan membeli berbagai macam pakaian yang ia anggap keren dan
ah jangan lupakan perlengkapan yang dapat membuat wajahnya semakin tampan. Ya
Huta akan memborong semua jenis perawatan wajah dengan merk-merk terkenal.
Menurutnya itu hal yang sangat penting yang harus ia lakukan jika mau
meluluhkan hati para wanita.
Sudah hampir 2 jam Huta dan Peniel
mengelilingin departamen store yang mereka kunjungi, tangan merekapun sudah
penuh dengan tas-tas belanjaan.
"Hyung, apa semua ini tidak terlalu
banyak?" Peniel mengangkat kedua tangannya yang menenteng beberapa tas
belanjaan.
"Tidak. Ini bahkan belum ada
setengahnya dari yang aku bayangkan." Jawab Huta, ia kemudian masuk ke
dalam toko pakaian yang ada di derpartemen store itu. Tangan dan matanya sibuk
mencari-cari pakaian yang sesuai dengan seleranya.
" Peniel, jika ada pakaian yang kau
mau kau bisa mengambilnya, biar ku bayar semua." Ujarnya disela-sela
kegiatan mencari pakaian. Peniel kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ini sudah cukup untukku hyung.
Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa harus berbelanja sebanyak ini? Kau seperti
sedang membuang semua pakaian di lemari dan mengganti semua isinya."
"Memang itu tujuanku." Jawab
Huta singkat. Setelah puas memilih-milih pakaian disana ia pun kemudian pergi
ke kasir untuk membayarnya.