Apa kalian pernah merasakan apa itu cinta sejati? Cinta yang tulus, cinta yang tidak pernah melihat kekurangan dari pasangannya, cinta yang tidak pernah memandang status, cinta yang selalu setia kepada pasangannya, cinta yang berani berkorban apapun hanya untuk pasangannya? Hmm aku tak pernah merasakan hal itu sampai sekarang, ya setiap kali aku bertanya kepada setiap orang, mereka selalu berkata, mungkin nanti. Ya nanti, dan aku juga tidak tahu kapan saat yang tepat aku dapat merasakan hal itu.
***
Aku kembali menghela nafasku perlahan, gumpalan gumpalan air itu kembali menetes seiring dengan suara petir yang saling bersahutan. Aku terdiam sejenak menatap langit kelabu siang ini, langit nampak hitam, tak ada sang mentari disana, tak ada juga burung-burung yang mengitari langit kelam itu. Aku berjalan pelan menuju meja riasku, memantulkan wajah ke depan cermin berukuran sedang itu. Lagi lagi aku menghembuskan nafasku berat. Wajahku seperti langit siang ini, kelam dan tak bercahaya sedikitpun, bahkan mata bulatku kini bertambah redup, yang terlihat hanya lingkaran hitam, dan sedikit sembab. Ya mungkin ini disebabkan oleh ulahku sendiri, sudah beberapa hari ini aku menangisi sesuatu yang seharusnya tak pantas untuk ku tangisi. Tapi lagi lagi aku hanya seorang wanita yang lemah, aku bukan wanita tegar seperti yang lain. Aku menangisi kebodohan ku sendiri ya aku memang wanita bodoh yang begitu naif. Andai itu semua bisa ku ulang, aku tak akan melakkukannya..
#FLASBACK#
Aku tersenyum melihatnya dari kejauhan, melihatnya yang sedang mendribel benda bulat itu, entah semenjak kapan aku mulai melakukan hal bodoh ini. Memandangnya dari bangku penonton saat ia dan grupnya bermain basket. Sungguh hal ini tak pernah ku lakukan sebelumnya, aku itu tipe tipe gadis yang tak pernah menyukai olahraga, terlebih lagi olahraga basket. Tapi ya mungkin ini yang dinamakan aku sedang terjangkit virus virus cinta.. :D
“woy gw cariin kemana mana, tau taunya lagi senyum-senyum nggak jelas disini” aku melirik sebentar kearah sahabatku itu, ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
“tumben nonton basket, biasanya kan loe paling ogah sama yang namanya basket.” Ujarnya lagi, sambil duduk disampingku.
“biasa gw mau mencari kesibukan, kan bosen harus di kantin mulu, kallo lagi jam istirahat, sekali kali nonton kan gak pa pa.” Kataku santai.
“haha, bohong.. alesan loe klasik banget” jawabnya lagi, tak ku hiraukan, aku terlalu sibuk memperhatikan ia mendribel bola dan deg tanpa diduga duga ia melihat kearahku dan tersenyum manis kearah ku. Itu senyum pertama yang ia lontarkan kearahku, entah bagaimana sekarang rupaku, mungkin wajahku sekarang seperti kepiting rebus, merah padam. Aku membalas senyum itu dengan senyum termanis yang ku punya
“ciee temen gw lagi jatuh cinta rupanya..” ledek sahabatku lagi. “cinta pertama loe kan? Cieee...” lanjutnya lagi, kali ini ia memasang muka mengoda kepadaku.
“muka loe tuh bikin mual tau.” Kataku sambil berlalu dihadapannya. Bisa bisa satu lapangan basket ini tau kalo aku menyukai sang kapten basket itu aahh bisa kacau semuanya.
Berbulan bulan telah gw lalui dengan indahh... gimana gak coba? Impian gw buat dekat sama sang kapten akhirnya terkabul.. hihihi. Gw juga nggak nyangka dia bisa tiba tiba dateng ke gw pas gw lagi nunggu angkot yang lewat didepan sekolah gw. Dengan tampangnya yang cool itu dia nyamperin gw dan nawarin gw buat pulang bareng.. aahh itu bener-bener kayak mimpi buat gw. Nah semenjak itu juga gw semakin akrab sama dia.. hampir tiap hari dia ngajak gw pulang bareng. Malah kadang-kadang dia jemput gw pake motor balapnyaa. Seperti hari ini, entah angin darimana tiba-tiba saja dia mengajakku pergi sehabis pulang sekolah nanti. Hihihi.. impianku akan segera menjadi nyata :D. Kita seharian muter- muter di mall, dari yang namanya nonton, makan, sampe main game kita lakuin semuanyaa... aahh senangnya hari ini.. jam udah menunjukkan pukul 19.00 itu berarti udah ekitar 5 jam gw ngabisin waktu bareng dia tadi.. ini bakal jadi kenang-kenangan yang nggak bakal gw lupain..
Gw dianter dengan selamat sampai rumah gw, dengan cepat gw turun dari motornya.
“beneran nggak mau masuk nih?” tawar gw lembut, dia membalasnya dengan senyuman yang manis banget.
“nggak deh, lain kali aja. Belum mandi nih kasian ntar yang ada dirumah kamu kalo aku masuk.” Candanya, aku tersenyum mendengarnya.
“yaudah aku masuk dulu ya? Makasih banget buat hari ini.” Ucapku, ia mengangguk pelan.
“aku pulang ya? Dah..” pamitnya dan kemudian dia mulai melajukan sepeda motornya. Aku mulai melangkahkan kakiku pelan memasuki rumah. Menaiki beberapa tangga menuju kamarku. Jgreekk aku membuka pintu kamarku perlahan dan
“kemana aja sih? Gw udah kayak anak ilang nih.” Ujar sahabatku. Aku mengerutkan keningku bingung. Semenjak kapan nih makhluk ada disini?
“gw udah lamaaaa banget disini, tau?” omelnya pelan.
“emangnya gw yang nyuruh apa?” kataku santai, aku berjalan pelan dan kemudian menaruh tas ranselku diatas rak bukuku.
“abis jalan ya?” lagi lagi ia menginstrogasiku.
“hmm”
“cieee temen gw udah gede.” Ledeknya lagi.
“sejak kapan disini?”
“sejak kita pulang sekolah. Gw lagi BT dirumah nih.” Jawabnya sambil menerawang entah kemana. Ya gw udah apal banget sifat temen gw yang satu ini, paling nggak betah diem dirumahnya sendiri. Padahal ya rumah dia lebih gede dan baguss dibanding rumah gw.
“pasti gara gara masalah itu ya?” tanyaku. Dia mengangguk pelan.
“gw nginep disini ya?”
“iyaa, asal gak bikin gw susah aja.” Jawabku
“tenang gw traktir besokk... eh ngomong – ngomong ngapain aja tadi? Sama sih kapten basket ya? Aciee bentar lagi gw dapet PJ donk?” ujarnya sambil menyenggol-nyenggol lenganku.
“PJ apa? Gw nggak ngapain-napain tadi cuman jalan-jalan aja.”
“akh masa sih?” lagi-lagi ia mengodaku. Tatapan matanya itu loh bener-bener pingin ditimpuk.
“apa sih? Udah akh mau mandi.” Jawabku dan dengan cepat aku meninggalkannya sendiri dikamarku. Ntuh anakkan kalo diladenin nggak bakal kelar. Yang ada kesel ngomong sama dia kalo kelamaan.
Pembagian rapot pun tiba.. itu berati sudah 3bulan lamanya semenjak kejadian aku diajak pergi oleh si kapten basket itu. Senyumku mengembang ketika aku mendapatkan prikat 10 besar dikelas ini, biasanya kan aku hanya ada diurutan belasan, dan akhirnya aku dapat mengalahkan sahabatku yang terkenal super jenius itu.. hihihi.. kebahagiaanku juga bertambah jika mengingat peristiwa itu, ya peristiwa semalam dimana ketika sang kapten datang dan menembakku saat itu. Aah ini bener-bener seperti mimpi bagiku. Impianku sejak awal masuk sekolah ini akhirnya terkabul. Ya tanpa pikir panjang lagi aku segera menerimanya dan kita resmi berpacarannn J
Hari haripun berlalu dengan cepat, dan semua berjalan sesuai dengan keinginanku, indah sangat indah. Hampir setiap hari aku dan dia menghabiskan waktu bersama, dari pulang sekolah sampai aku tertidur pulas dia selalu menemaniku. Oh iya aku hampir lupa, aku dan dia beda kelas. Ya aku kelas 11 sementara dia kelas 12. Semenjak dia naik menjadi kelas 12 ia berhenti menjadi ketua team basket sekolah kami. Ya itu memang peraturan dari sekolah ini, bahwa siapapun yang sudah duduk dibangku akhir tidak boleh mengikuti apapun, selain pelajaran utama disekolah. Ya ya bisa ku bayangkan betapa bosannya nanti ketika aku duduk disana. Hanya dihadapkan dengan yang namanya buku-buku tebal dan berbagai macam soal – soal. Membayangkannya saja aku sudah merinding.. hihihi.
“cie cie yang lagi dimabuk asmara.” Goda sahabatku itu. Entahlah sudah berapa kali dia menggodaku seperti ini, dan hanya aku tanggapi dengan sebuah kalimat “kenapa? Sirik ya?” jujur aku heran dengannya semenjak aku berteman denganya ia tidak pernah terlihat dekat dengan seorang lelaki, mungkin ia trauma dengan keadaan keluarganya itu.
“ngapain sirik? Semua lelaki itu sama aja tau BUAYA.” Jawabnya ketus.
“cwo gw nggak tuh.”
“yakin?” tanyanya sambil memandangku penuh dengan maksud. Kenapa sih nih anak? Kok jadi aneh gini?
“yakinlah, dia tuh baik, setia, dan tentunya sayang banget sama gw.” Kataku sambil tersenyum memikirkanya. Sahabatku menghembuskan nafasnya pelan.
“gw nggak yakin.” Cicitnya pelan sangat pelan, tapi aku masih bisa mendengarnya. Aku mengerutkan keningku bingung. “maksudnya?”
“gw saranin ya sama loe jangan terlalu sayang sama dia, kalo loe nggak mau ngerasa yang namanya patah hati.” Ujarnya, sambil ngeloyor pergi meninggalkanku sendiri didalam kelas. Apa sih maksudnya? Patah hati? Siapa yang patah hati? Tuh anaak kesurupan apaan sih? Dateng-dateng ngomongnya aneh bin ajaib gitu. Masa nyumpahin sahabatnya sendiri patah hati? Au akh bodo amat. Mungkin tadi dia cuman asal ngomong aja, diakan suka aneh orangnya.
Hari ini entah perasaaanku saja atau memang ini yang sebenernya terjadi, pacarku agak sedikit berubah akhir-akhir ini, ya memang sih dia masih antar-jemputku tiap hari, masih sering smsan atau teleponan, kadang juga kita jalan ke mall atau hanya sekedar jalan ditaman dekat rumah, tapi tetap saja ada yang mengganjal dihati, rasanya risih banget. Malah entah kenapa jadi malah kepikiran sama kata-kata sahabatku itu. Aku memejamkan mataku perlahan, berusaha menenangkan perasaanku sendiri, dan menyakinkan diri kalau semua berjalan dengan baik. Aahh sudah lupakan soal omongannya yang nggak penting itu. Dia pasti asal-asalan ngomong itu. Udah akh mending aku jalan-jalan. Aku mencoba menghubungi sahabatku menggunakan ponselku, menekan beberpa nomer yang tentunya sudah ku hafal dengan baik. Tut tut “nomer yang sedang anda tuju sedang diluar jangkauan, silahkan menghubunginya kembali.” Yaa malah dijawab sama itu operator. Kemana sih dia? Tumben-tumbenan pake segala matiin hpnya. Terus gw ngapain donk? Masa jalan-jalan sendiri? Aakh bodo dah daripada suntuk dirumah. Aku segera mengambil tas ku yang berukuran mini itu dan melangkah pergi keluar rumah.
Sekarang enaknya kemana? Mall? Akh nggak. Aku paling anti sama yang namanya mall kalo cuman pergi sendirian. Danau? Yaa ada juga melempem kayak kerupuk ngeliat banyaknya pasangan yang lagi berdua-duaan dengan mesranya, ribet deh urusannya kalo punya pacar kelas akhir gini, bawaanya sibuk mulu. Adalah les, pelajaran tambahan, kerja kelompok sama teman, apalagi beberapa minggu lagi dia UAN udah deh sibuk terusss..
Aku melangkahkan kakiku pelan, menendang-nendang batu-batu kecil yang ada dijalan setapak ini, angin berhembus perlahan, menerbangkan rabutku yang sudah ku ikat dengan rapi. Sejenak aku terdiam mataku menyusuri jalan ini. Ada dua belokan kekanan dan kekiri. Kalo kanan itu kan kedanau.. hmm nggak akh, kekiri aja mending juga ketaman ya walaupun banyak juga sih orang pacaran disini tapi seenggaknya ada beberapa anak kecil yang lagi bermain. Nggak tau kenapa dari dulu aku paling suka sama yang namanya anak kecil. Rasanya damai aja gitu ngeliat anak kecil lagi pada main tanpa beban seperti itu. Aku duduk disalah satu bangku taman yang ada di sini. Memandang beberapa anak yang sedang bermain bersama teman-temanya. Aku jadi ingat awal aku bisa berkenalan dengan sahabatku itu, ya ditaman ini. Aku yang sedang tertawa dan bermain bersama teman yang lain tak sengaja melihatnya sedang menangis dipinggir taman. Wajahnya saat itu benar-benar mengenaskan. Hehehe. Rambutnya juga acak-acakan tak karuan. Ya dulu memang sahabatku terkenal pendiam dan penyendiri tapi entah mengapa sekarang iya menjadi bawel, sangat bawel malah. Tiba-tiba saja mataku tertumbuk pada seseorang. Tunggu tunggu sepertinya aku mengenalnya. Sepasang orang itu aku sangat mengenalnya, dari postur tubuhnya, rambutnya, dan cara mereka berjalan. Ya tak salah lagi itu mereka. Aku buru-buru bangkit dari tempatku dan berjalan cepat menyusul mereka. Tepat aku dibelakang mereka berdua. Baru saja aku ingin memanggilnya, tiba-tiba aku mendengar sesuatu yang mengejutkan.
“jadi gimana loe maukan jadi cwe gw?” tanya lelaki itu. He? Jadi cwenya? Apa maksudnya? Aku lalu bersembunyi dibalik pohon besar yang tidak terlalu jauh dari mereka.
“tapikan loe udah punya cwe.” Jawab cwe itu yang tak lain adalah sahabatku sendiri dan lelaki itu dia! Ya pacarku! Apa-apaan ini maksudnya? Jadi itu alesannya kenapa mereka sedikit berubah padaku?
“ya gw tuh sengaja ngedeketin dia, buat bisa deket sama loe. Dari awal tuh gw sukanya sama loe. Bukan dia.” Jawab lelaki itu dengan santainya. Perlahan tapi pasti air mataku keluar begitu saja, mengalir dengan cepat. Jadi aku cuman dibuat umpan? Bodoh! Aku sangat bodoh bisa mencintai lelaki bejat seperti dia!
“gimana? Maukan?” tanya lelaki itu lagi. Cwe yang ada disebelahnya nampak berfikir.
“gw...” ujarnya ragu. Cukup! Aku tak ingin mendengarnya lagi! Tak mau! Ini terlalu menyakitkan untukku! Dengan cepat aku keluar dari tempat dimana aku bersembunyi!
“KALIAN TEGA SAMA GW! TEGA!!” ucapku garang, entah apa yang kurasakan saat ini. Pedih ya mungkin hanya itu yang dapat mewakili semuanya. Sahabatku nampak terkejut melihatku, “loe tega sama gw! Loe jahat! Selama ini gw yang selalu berusaha buat ngertiin segala macam persoalan keluarga loe! Tapi apa yang loe bales? Ha?! Apa?!” kataku tegas sambil menatap tajam kearah matanya, nafasku naik turun tak karuan, ingin sekali aku menampar mereka berdua, tapi percuma tamparanku takkan bisa mengobati lukaku sama sekali.
“gw bisa jelasin semua ini! Loe tenang dulu.” Ucapnya sambil memenggang pundakku. Apa? Tenang dia bilang? Setelah semua yang ia lakukan sama gw? Dia masih bisa nyuruh gw tenang? Gila ini gila!!
“lepasin tangan loe! Gw nggak mau tangan loe nyentuh gw!” ucapku tajam. Aku mengalihkan pandanganku menuju cwo bresek yang sedaritadi diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
“puas? Sekarang loe udah puas? Mulai sekarang kita putus !!! gw nggak peduli loe mau jadian sama dia kek atau kakek-kakek sekalipun! Gw gak peduliiii!!!” makiku cukup keras dan omonganku itu cukup menyedot perhatian orang-orang yang ada disini, mereka memandangku dengan tatapan heran.
“dan buat loe penghianat!” kataku tajam, aku memandangnya cukup lama. “persahabatan kita putus sampai sini! Loe bukan lagi sahabat gw! Anggep aja kita nggak pernah kenal lagi!!!” ujarku tegas, setelah mengatakan itu aku berlari sekuat yang aku bisa, meninggalkan semua kenangan pahit ini. Hatiku sakit, perih, aku tidak pernah menyangka ini semua terjadi, kedua orang yang sangat ku sayangi tega menyakitiku seperti ini. Mereka keterlaluan! Sangat keterlaluan. Aku masuk kedalam rumahku, mama yang sedang menyiapkan makan siang itu terlihat kaget ketika aku datang dan tanpa menyapanya langsung berlari keatas, membanting pintu kamarku keras. Melempar tas mini ku kesegala arah. Tak lupa aku menyambar bingkai foto yang berisikan aku dan cwo brengsek yang ku taruh tepat dimeja samping ranjangku. Melirik sebentar lalu melemparkanya sehingga bingkai itu menabrak dinding kamarku dan kaca bingkai itu pecah menjaadi beberapa bagian. Aku menghempaskan tubuhku keatas kasurku. Menarik selimutku dan menangis terisak disana.
***
Seminggu sudah kejadian itu namun sampai sekarang aku tak pernah melupakannya. Hatiku terasa begitu sakit jika mengingat itu. Dan seminggu itupula aku ijin untuk tidak masuk kesekolah, aku tak kuat jika harus melihat mereka berdua disekolah nanti. Pasti mereka sedang berpacaran dan bermesraan. Mereka pasti tertawa melihat keadaanku seperti ini.
Tok tok.. aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku pelan. dengan cepat aku menghapus sisa-sisa air mata yang ada dipipiku.
“masuk” ucapku pelan.
Perlahan orang itupun melangkahkan kakinya menuju tempat dimana aku sedang berdiri menghadap jendela kamarku.
“gw..” ujar orang itu pelan. suara itu? Ya suara itu aku sangat mengenalnya, suara seseorang yang telah membuatku seperti ini.
“ngapain loe kesini? Belum puas loe nyakitin gw?” tanyaku tanpa menatapnya sedikitpun.
“gw khawatir sama loe. Udah seminggu ini loe nggak masuk sekolah. Loe sakit?” tanyanya lembut.
“apa peduli loe? Mau gw sakit atau mati sekalipun itu nggak ngaruhkan buat loe?” lagi-lagi aku menyemprotnya dengan kata-kata pedasku.
“biarin gw jelasin dulu. Loe salah paham.” Jawabnya ia membalikkan tubuhku yang tadinya membelakangiku.
“lepas!” kataku kasar, aku mendorongnya pelan.
“loe salah paham.”
“salah paham? Jelas gw liat loe lagi asiik PDKT sama pacargw ups lupa MANTAN PACAR GW!” kataku ketus dengan sedikit penekanan pada kata mantan pacar. Dia menatapku memohon, sedangkan aku menatapnya dengan tatapan garang.
“yang loe lihat nggak sama kayak aslinya. Makanya please dengerin gw dulu.” Ia memohon seperti anak kecil padaku. Belum pernah ia memohon seperti ini
“nggak perlu.” Ucapku singkat, aku melangkahkan kaki dan duduk diatas kasur empukku. Dia mengikuti langkahku dan duduk tepat disampingku.
“mau ngapain lagi sih? Udah sana pulang! Jadi orang punya malu sedikit kek!” makiku, ia menunduk mendengar perkataanku barusan.
“maaf.” Ujarnya pelan, hampir tidak terdengar.
“ya ya selamat ya udah jadi cwenya mantan kapten basket yang di idolakan itu.” Kataku ketus. Dia menatapku lembut. “gw nggak jadian sama dia.” Jawabnya, aku memandangnya kaget.
“oohh bagus banget ya? Jadi itu yang loe mau? Loe mau ngerusak hubungan gw sama dia da setelah loe puas loe ninggalin dia? Ya ampunn gw nggak nyangka loe hebat banget!” cerocosku padanya. Dia tidak berani memandangku, ia hanya menghela nafasnya pelan.
“bukan! Bukan gitu maksud gw!” bantahnya cepat.
“terus maksud loe apa?!” tantangku cepat. Kini aku dan dia saling bertatapan, belum pernah aku melihatnya sesedih seperti sekarang. apa dia merasa bersalah ya padaku? Apa sikapku keterlaluan padanya? Akh nggak! Dia yang keterlaluan! Dia duluan yang memulai pertengkaran ini.
“makanya dengerin dulu penjelasan gw!” ujarnya lagi.
“oke loe jelasin sekarang! cepet waktu loe nggak banyak!” dia menghembuskan nafasnya pperlahan.
“gw sengaja ngedeketin dia.” Mulainya. Ha? Apa tadi sengaja? Ini cwe bener-bener udah gila!
“gw tau gw salah, tapi ini gw lakuin buat loe.”
“buat gw? Maksud loe apa?” kataku heran.
“iya gw sengaja ngelakuinnya, karena gw tau dia nggak lebih dari seorang penipu. Dia cuman mau mainin loe aja.”
“tau darimana loe? Loenya tuh kegatelan.” Kataku kasar, lagi-lagi dia menghekla nafasnya pelan.
“waktu itu gw sempet ngeliat dia jalan sama cwe lain.”
“iya cwenya loe.” Potongku cepat.
“dengerin gw dulu, gw belum selesai.” Katanya cepat.
“hmm” balasku malas.
“gw ngeliat dia jalan sama cwe lain di mall. Semenjak itu gw mutusin buat ngedeketin dia dan ngebuktiin ke loe, kalo dia bukan cwo baik kayak loe pikiin selama ini.” Jelasnya lagi.
“kenapa harus kayak gitu? Loekan bisa bilang ke gw kalo loe liat dia jalan sama cwe lain kan?”
“iya gw awalnya pingin ngomong sama loe langsung. Tapi pas gw mau cerita loenya lagi bener-bener dibutain sama dia. Mana mau loe percaya sama gw.”
“Loe kan belum nyoba, makanya coba dulu donk.”
“gw udah pernah nyoba, inget kata-kata gw waktu itu?” tanyanya lagi.
“kata-kata yang loe bilang semua cwo itu buaya?” tanyaku ragu, dia mengangguk pelan.
“ya yang itu. Tapi saat itu loe dengan yakin bilang cwo loe setia. Nah gw nggak tega buat ngomong itu ke loe. Dan gw ngelakuin ini semua buat ngebuktiin ke loe. Oke gw akuin cara gw salah. Tapi nggak ada lagi cara yang lain. Cuman cara ini yang ada dikepala gw saat itu.” Jelasnya panjang. Aku terdiam sejenak mencerna setiap kata yang ia keluaarkan baik-baik. Apa semua yang ia katakan tadi benar?
“please percaya sama gw. Gw nggak mungkin setega itu sama sahabat gw sendiri. Gw sayang loe, gw udah nganggep loe adek gw. Jadi nggak mungkin gw tega nyakitin adek gw sendiri.” Isaknya pelan. dia menangis? Ini pertama kalinya aku melihat ia menangis setelah kejadian ditaman saat itu. Apa aku harus mempercayainya ya? Tapi rasanya sunggu berat untuk memaafkannya dan mempercayai semua itu.
“kalo loe nggak mau percaya dan mau maafin gw, gw terima kok, gw tau perbuatan gw ini keterlaluan. Jadi wajar aja kalo loe nggak bisa maafin gw.” Ucapnya pelan. dia menghapus sisa-sisa air matanya yang berada disudut matanya, perlahan dia mulai melangkahkan kakinya. Namun baru berapa langkah ia berjalan menuju pintu kamarku, ia kembali berhenti ketika mendengar perkataanku.
“gw percaya sama loe, gw udah maafin loe kok.” Ucapku pelan, ia menatapku tak percaya.
“beneran? Yakin?” tanyanya takjub, aku anggukan kepalaku pelan, entah apa yang ku lakukan saat ini, yang ku tahu adalah, aku tidak ingin kehilangan sahabatku. Dia sudah menjadi bagian dari hhidupku saat ini. Dengan cepat ia berlari kearahku, memelukku dengan erat. “makasih.” Bisiknya.
“iya iya gw maafin, tapi jangan meluk-meluk kayak gini donk, ntar ada yang masuk kan nggak enak, ntar disangkanya kita nggak noormal lagi.” Candaku pelan, ia segera melepaskan pelukkannya dan mengaruk-garuk kepalanya seperti orang bodoh.
“hehehe” cengirnya. Aku tersenyum melihatnya lalu melemparkan bantal kearahnya. Dan setelah itu kamipun saling melempar bantal seperti anak kecil.
***
Ya walaupun sampai saat ini aku belum menemukan seseorang yang benar-benar mencintaiku dengan tulus dan tanpa mengharapkan apapun, tapi yang terpenting adalah aku memiliki sahabat – sahabat yang menyayangiku dengan tulus. Ia mau menerima semua kekuranganku dan ia selalu ada di saat aku membutuhkannya. Ya bagiku itu sudah lebih dari cukup untuk sekarang...
TAMAT!!!!