Sabtu, 04 Mei 2013

Berbagai Pandangan Psikologi

di Mei 04, 2013


Berbagai Pendekatan dan Aliran dalam Psikologi


A.    Psikologi Behaviorisme
Aliran ini timbul di Rusia yang dipelopori oleh Juan Petrovich Pavlov
1)         Juan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Para ahli Behaviorisme termasuk Pavlov ingin meneliti psikologi secara objektif, yaitu yang dapat diobservasi secara langsung. Pavlov menolak digunakan metoda intropeksi, karena tidak dapat diperoleh data yang objektif. Pavlov ingin merintis objective psychology, oleh karena itu metoda intropeksi tidak digunakan. Ia mendasarkan eksperimennya pada keadaan yang benar-benar dapat diobservasi (observedfacts).
2)        Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Thorndike merupakan tokoh yang mengadakan penelitian tentang animal psychology. Penelitian mengenai hewan diwujudkan dalam disertasi doktornya yang berjudul “Animal Intelligence: An Experimental Study of The Associative Processes in Animals”, yang kemudian diterbitkan dalam buku pada tahun 1911 dengan judul “Animal Intelligence” (Hergenhanhn, 1976).

Penelitian Thorndike terhadap tingkah laku binatang mencerminkan prinsip dasar proses belajar yang dianut oleh Thorndike, yaitu bahwa dasar dari  belajar adalah asosiasi. Suatu stimulus (S), akan menimbulkan suatu respons (R) tertentu. Teori ini disebut teori Stimulus- Response (S-R).  Dalam teori S-R dikatakan bahwa pada proses belajar, pertama kali organisme dengan cara coba dan salah (trial and error).

Tiga macam hukum yang sering dikenal sebagai hukum primer dalam belajar, yaitu:
§  Hukum Kesiapan (the law of readness)
Belajar yang baik memerlukan adanya kesiapan dari organisme yang bersangkutan. Apabila tidak ada kesiapan, maka hasil belajar tidak akan baik.
§  Hukum Latihan (the law of exercise)
Menurut Thorndike hukum latihan ini ada dua aspek, yaitu : (1). The law of use yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi kuat apabila ada latihan atau sering digunakan. (2). The law of difuse yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan antar stimulus dengan respons akan menjadi lemah apabila tidak ada latihan atau tidak sering digunakan.

§  Hukum Efek (the law of effect)
Yaitu hukum yang menyatakan hubungan antara stimulus dan respons menjadi kuat atau lemah tergantung pada hasil yang menyenangkan atau tidak.

3)        Burrhus Frederick Skinner (1994-1990)
Untuk menjelaskan teorinya, Skiner mengadakan suatu percobaan yang disebut proses kondisioning operant. Proses kondisioning tidak jauh berbeda dengan kondisioning klasik dari Pavlov. Keduanya terdapat stimulus dan respons tak terkondisi serta stimulus dan respons terkondisi. Tetapi dalam percobaan Pavlov anjing mengeluarkan air liur dalam kondisi pasif, sedang dalam percobaan Skinner tikus aktif mengubah situasi dengan menekan tombol demi tercapainya kebutuhan yaitu makanan. Karena itu respon berkondisi (CR) yaitu menekan tombol pada waktu lampu menyala dalam percobaan Skinner disebut respons operan atau tingkah laku operan, sedang stimulus berkondisi disebut stimulus operan. 

Menurut Skinner terdapat dua prinsip umum yang berkaitan dengan kondisioning operan, yaitu: setiap respons yang diikuti oleh reward        ini berkerja sebagai reinforcement stimuli           akan cenderung di ulangi.

4)        John B. Watson (1878-1958)
Menurut Watson psikologi itu murni merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam eksperimental. Tujuan psikologi secara teoritis adalah memrediksi dan mengontrol prilaku, sehingga intropeksi bukan metoda yang dipergunakan. Yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran karena merupakan pengertian yang meragukan (dubius).

B.     Psikoanalisa
Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pendiri psikoanalisa. Menurut Freud pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, merupakan sumber prilaku yang tidak normal/menyimpang. Pandangan Freud secara lengkap adalah sebagai berikut :

1)        Kesadaran dan Ketidaksadaran
Sigmund Freud berpendapat bahwa kehidupan psikis terdiri dari : kesadaran dan ketidaksadaran. Selanjutnya Freud berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari Id, Ego dan Super ego. Id merupakan bagian primitif dari kepribadian Id mengandung insting seksual dan insting agresif. Id membutuhkan satisfaction dengan segera tanpa memperhatikan realitas yang ada, sehingga oleh Freud disebut prinsip kenikmatan. Ego disebut prinsip realitas. Ego menyusuaikan diri dengan realitas. Sedang Super ego merupakan prinsip moral, yaitu mengontrol perilaku dari segi moral.

2)        Insting dan Kecemasan
Freud menyatakan insting terdiri dari insting untuk hidup dan insting untuk mati. Insting untuk hidup mencangkup lapar, haus dan seks, ini merupakan kekuatan kreatif dan oleh Freud disebut Libido. Sedang insting mati merupakan kekuatan destruktif. Hal ini dapat ditunjukkan kepada diri sendiri, menyakiti diri sendiri atau bunuh diri atau ditunjukan keluar merupakan bentuk agresi

Menurut Freud ada tiga macam kecemasan yaitu kecemasan objektif merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutan terhadap bahaya nyata. Kecemasan neurotik merupakan kecemasan atau merasa takut akan mendapatkan hukuman atas keinginan yang impulsif. Kecemasan moral merupakan kecemasan yang berkaitan dengan moral. Seseorang marasa cemas karena melanggar norma-norma moral, inilah yang disebut kecemasan moral.

Pandangan lain dari Sigmund Freud yang penting adalah tentang mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan ini bertujuan untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitif yang tidak dapat dibenarkan oleh super ego dan ego. Mekanisme pertahanan ini berfungsi untuk melindungi super ego dan ego dari ancaman dorongan primitif yang mendesak terus karena tidak diijinkan muncul oleh super ego. Sembilan mekanisme pertahanan yang dikemukakan oleh Freud adalah:

a)      Represi
Represi terjadi, misalnya, kalau seseorang mengalami suatu peristiwa tetapi karena pengalaman itu ternyata mengancam/ bertentangan dengan super ego, maka pengalaman tersebut ditekan/di repres masuk kedalam ketidaksadaran dan di simpan agar tidak mengancam super ego lagi.

b)     Pembentukan Reaksi
Reaksi seseorang yang sebaliknya dari yang dikehendaki, agar tidak melanggar ketentuan dari super ego.

c)      Proyeksi
Karena super ego melarang seseorang mempunyai perasaan atau sikap negatif terhadap orag lain, maka ia berbuat seolah-olah orang lain yang membenci B, tetapi super ego melarang A membenci B (misalnya karena B mertuanya), maka A mengatakan bahwa B yang membenci dia.

d)     Penempatan yang Keliru
Kalau seseorang tidak dapat melampiaskan perasaaan terhadap orang lain karena hambatan dari super ego, maka ia akan melampiaskan perasaan tersebut kepada pihak ketiga.

e)      Rasionalisasi
Dorongan-dorongan yang sebenarnya dilarang oleh super ego, dicarika dasar rasionalnya sedimikian rupa, sehingga seolah-olah dapat dibenarkan.

f)       Supresi
Supresi adalah menekan sesuatu yang dianggap membahayakan atau bertentangan dengan super ego kedalam ketidaksadarannya. Berbeda dengan represi, dalam supresi hal yang di tekan adalah hal-hal yang timbul dari ketidaksadarannya sendiri dan belum pernah muncul dalam kesadaran.

g)      Sublimasi
Dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh super ego dialihkan ke dalam bentuk perilaku yang lebih sesuai dengan norma-norma masyarakat.

h)     Kompensasi
Untuk menutupi kegagalannya dalam suatu bidang kelemahan atau dari bagian fisiknya, ia membuat prestasi yang inggi dalam bidang tersebut atau yang berkaitan dengan organ fisiknya.

i)        Regresi
Untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap egonya, individu mundur kembali ketaraf perkembangan yang lebih rendah misalnya kembali pada masa kanak-kanak. Pendapat lain dari Freud adalah bahwa setiap individu mempunyai seksualitas kanak-kanak yaitu dorongan seksual yang terdapat pada bayi. Dorongan ini akan berkembang terus menjadi dorongan seksulitas pada orang dewasa, melalui beberap tingkat perkembangan, yaitu:

             i.     Fase oral (mulut)  : Pada fase ini kepuasaan seksualnya terdapat  disekitar mulut.
            ii.     Fase anal (anus)  : Pada fase ini kira-kira usia dua tahun, daerah kepuasan seksual berpindah pada anus.
          iii.     Fase phalic   : Pada anak usia 6-7 tahun kepuasan seksualnya terdapat pada alat kelamin.
          iv.     Fase latent  : Pada anak usia 7-8 tahun sampai mengijak awal masa remaja, seolah-olah tidak ada aktivitas seksual.
       v.     Fase genital   : Dimulai sejak masa remaja; segala kepuasan seksual terutama pada alat kelamin
C.      Psikologi Humanistik
Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi Humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap psikologi behavioristik dan psikoanalisa, dan memfokuskan manusia dengan ciri-cirinya eksistensinya.
Psikolgi Humanistik mulai di Amerika Serikat pada tahun 1950bdan terus berkembang. Tokoh-tokoh psikologi Humanistik memandang behaviorisme mendehumanisasi manusia. Psikologi Humanistik mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia. Menurut psikologi humanistik manusia adalah mahluk yang kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.

Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.


0 komentar:

Posting Komentar

 

A N L Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea